Terseok, Tapi Masih Ada Peluang Besar Bagi Pasar Truk

Jakarta – Kinerja penjualan kendaraan komersial segmen truk sepanjang kuartal pertama tahun ini masih belum moncer dibanding beberapa tahun lalu karena masih melempemnya sektor pertambangan dan perkebunan. Meski begitu potensi dan peluang membaiknya keadaan masih ada.

“Rumusannya memang sederhana, yakni jika kondisi ekonomi membaik atau kegiatan ekonomi berjalan kencang maka permintaan kendaraan niaga khususnya truk dan pikap akan naik. Dan sebaliknya,” tutur Heru Kuncoro, Associate Partner Magna Beta Marketing Strategy and Business Consulting, saat dihubungi, di Jakarta, Selasa (10/5).

Read More

Dia menyodorkan contoh penjualan truk sepanjang kuartal pertama atau Januari hingga Maret lalu. Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Heru menyebut penjualan truk ringan, sedang, dan besar secara wholesale Januari-Maret sebanyak 16.416 unit, dengan porsi terbesar truk kategori 5-10 ton yakni sebanyak 13.095 unit.

Angka penjualan tiga bulan pertama di tahun 2016 ini terpaut jauh dengan kinerja penjualan di periode sama tahun lalu yang sebanyak 24.334 unit. Sedangkan, capaian penjualan sepanjang tiga bulan pertama 2015 itu, sudah melorot 30 persen dibanding kurun waktu yang sama tahun 2014.

“Artinya, tren penyerapan truk oleh pasar terus menurun. Dan ini mulai terjadi sejak akhir 2012 atau awal 2013 yakni sejak sektor pertambangan dan perkebunan melempem kinerjanya. Pemicunya ada yang dari internal maupun eksternal dari kita (Indonesia),” ucap Heru.

Dari internal, lahirnya undang-undang Minerba yang mewajibkan perusahaan tambang untuk mengolah komoditasnya sebelum diekspor mulai berlaku. Celakanya, di saat yang hampir berbarengan permintaan pasar juga susut karena krisis ekonomi global.

Kegiatan tambang pun perlahan tapi pasti, mulai menyusut. Jumlah perusahaannya juga mulai menciut karena banyak yang rontok.

Pada saat yang sama, sektor perkebunan dengan komoditas sawit (dan produk turunan minyak sawit mentah atau CPO), karet, dan kakao juga menghadapi masalah yakni turunnya permintaan. Walhasil harga jual di pasar internasional pun melorot. (Ara)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *