Terseok, Tapi Masih Ada Peluang Besar Bagi Pasar Truk

Perkebunan Kelapa Sawit - WikipediaPadahal, kedua sektor tersebut selama ini menjadi penyerap truk terbesar selain sektor jasa logistik dan perdagangan. Kini, setelah empat bulan berjalan di tahun 2016, kondisi seperti itu masih menghantui pasar truk, karena sektor tambang yang pertumbuhannya masih lemot.

Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, beberapa waktu lalu menyebutkan hal yang sama. Menurutnya, hasil riset BPS diketahui sektor pertambangan dan penggalian sepanjang kuartal pertama lalu tumbuh minus 0,27 persen dibanding kuartal I 2015, dan minus 0,66 persen dibanding kuartal empat tahun itu.

Read More

“Penyebabnya, masih lemahnya permintaan batubara,” ucapnya.

Bahkan, masih sepinya permintaan dioerkirakan masih berlanjut hingga di kuartal kedua saat ini. Artinya, ini pertanda moncernya pasar truk di Tanah Air juga masih jauh dari kenyataan.

Direktur Marketing Mitsubishi Fuso Truck & Bus Corporation (MFTBC) Duljatmono tak menampik perkiraan seperti itu. Saat ditemui di kantornya beberapa waktu lalu, Momon – sapaan akrabnya – menyebut, pasar truk pada tahun ini, masih lesu. Setidaknya hingga akhir semester pertama.

Selain faktor minusnya permintaan dari pengusaha karena faktor sepinya penjualan produk mereka, juga faktor tingkat suku bunga kredit dari lembaga keuangan. Maklum, meski Bank Indonesia (BI) telah memanhkas BI Rate hingga 0,75 persen sehingga tingkat BI Rate kini telah menjadi 6,7 persen, namun bank dan lembaga keuangan non bank tak serta merta mengerek turun suku bunga kredit.

“Padahal, mayoritas pembelian kendaraan komersial termasuk truk dilakukan secara kredit. Ya mungkin karena potensi kredit macet di saat kondisi sulit sekarang cukup tinggi, jadi mereka (lembaga keuangan) hati-hati (menyalurkan kredit),” kata dia. (Ara)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *