Solo – Menteri Perhubungan Ignasius Jonan memperkirakan jumlah penumpang bus mudik lebaran tahun ini turun 7,87% dibanding tahun sebelumnya. Sejumlah awak bus dan agen penjualan tiket menyebut program mudik gratis dan peralihan ke angkutan lain menjadi penyebabnya.
Salah seorang petugas penjualan tiket PO Murni Jaya, Rusli yang ditemui di Terminal Jombor, Sleman, Yogyakarta misalnya mengakui pemesanan tiket hingga hingga H-2 kemarin tidak setinggi tahun lalu. “Ya memang sih masih cukup ramai, tetapi kalau dilihat dari jumlah tidak setinggi tahun lalu,” ucapnya.
Pernyataan senada diungkapkan Fatoni, salah satu kru bus jurusan Jakarta –Solo PP saat ditemui di Terminal Kartasura. Menurutnya penyebab menurunnya jumlah calon penumpang bus adalah program mudik gratis yang digelar oleh sejumlah perusahaan swasta dan milik pemerintah.
“Mudik gratis ada yang menggunakan bus atau bahkan kereta. Apalagi masa menjelang lebaran juga barengan sama libur anak sekolah, banyak orang yang pulang kampung sebelum masa mudik. Mereka menggunakan kereta atau bahkan pesawat yang tiketnya promo (murah),” papar Fatoni.
Pengamat sosiologi asal Yogyakarta, Ely Ika Putranti menyebut sejumlah alasan yang dikemukakan kalangan penyedia transportasi bus itu cukup berasalan. Soalnya, kata dia, semua kegiatan tersebut cukup member andil terhadap terjadinya penurunan jumlah calon penumpang bus.
Namun, untuk besaran kontribusi masing-masing kegiatan itu terhadap penurunan masih perlu pengkajian dan penelitian lebih jauh. “Tetapi yang pasti, memang mudik gratis dan peralihan ke moda lain ada pengaruhnya. Terutama pesawat diperkirakan pertambahannya cukup signifikan karena faktor daya beli,” ucapnya.
Peryataan Ely senada dengan perkiraan Ignasius Jonan. Dia mengatakan, Kementerian Perhubungan memprediksi jumlah penumpang angkutan udara mudik kali ini sebanyak 4.648.047 orang. Jumlah itu naik 7,6% dibanding tahun lalu yang sebanyak 4.319.134 orang.
Ely menyebut faktor lain yang cukup besar pengaruhnya adalah penggunaan angkutan atau kendaraan pribadi baik sepeda motor maupun mobil. Menurutnya, selain alasan kepraktisan mobilitas saat di kampung halaman, membawa kendaraan pribadi saat mudik juga menjadi simbol sosial.
“Fakta prestise adalah penyebab yang kuat. Dan, alasan lainnya karena dengan membawa kendaraan pribadi orang bisa bepergian bersama sanak saudara. Sebab kultur kekerabatan masih begitu kuat di masyarakat kita. Apalagi Idul Fitri adalah momen setahun sekali,” kata dia.
Terlebih, dalam beberapa tahun terakhir munculnya mobil murah ramah lingkungan (LCGC) menarik minat orang untuk membelinya. Sedangkan dari sisi infrastruktur yakni dibangunnya sejumlah jalan tol di Jawa juga dianggap memberi kemudahan untuk mudik dengan kendaraan pribadi.
“Meski faktanya di jalan tol juga ada potensi macet. Tapi jalan tol Cipali, di Pemalang, Semarang, Ungaran Bawen, Solo – Kertosono, dan di sejumlah ruas di Jawa Timur dianggap sebagai penyedia kemudahan. Itulah fenomena yang ada,” jelas Ely.
Begitupun dengan pengguna sepeda motor. Selain faktor kemudahan di kampung, karena alasan daya beli, juga menjadi sarana aktualisasi diri.
Menteri Perhubungan Ignasius Jonan memperkirakan musim mudik tahun ini, pengguna angkutan bus hanya 4.328.337 penumpang. Padahal tahun lalu mencapai 4.697.945 penumpang.
“Masih dikaji mengapa terjadi penurunan jumlah pengguna bus untuk mudik. Tapi, aspek layanan, keamanan dan kenyamanan jasa angkutan bus diperbaiki,” ujarnya akhir pekan kemarin. (Ara/Ktbr)