London – Sadiq Khan sejak September 2015 lalu resmi menjabat Walikota London, Inggris karena kemampuan, kesantunan, dan sikap tolerannya. Sikap ini tak lepas dari contoh yang diberikan sang ayah, seorang sopir bus.
Sadiq Khan lahir di Rumah Sakit St George di Tooting, London Selatan, 8 Oktober 1970. Putra kelima dari delapan bersaudara pasangan Amanullah dan Sehrun, imigran asal Pakistan.
Amanullah bekerja sebagai seorang sopir bus. Sementara untuk membantu ekonomi keluarga, Sehrun menjadi seorang penjahit.
Semenjak kecil, Khan telah diajarkan bekerja keras oleh sang ayah. Namun, dia tak melupakan pelajaran di sekolahnya. Bahkan, karena menyadari sebagai anak orang tak mampu dia belajar lebih giat daripada teman-teman sebayanya.
Pelajaran yang dia gemari adalah ilmu pengetahuan alam dan matematikan. Karena seperti harapan ayahnya, dia ingin menjadi dokter gigi.
Khan ingat betul pesan sang ayah saban dia hendak berangkat sekolah. “Jadilah orang yang memiliki pengetahuan dan member arti bagi orang lain. Di situlah kehormatan seseorang sebagai manusia sejati. Berguna bagi orang lain, apa pun keyakinan dan bangsanya, bisa merasakan arti nilai yang kita berikan,” papar sang ayah.
Namun, takdir berkata lain. Atas seorang guru yang melihat kemampuan argumentasinya, dia akhirnya menempuh studi ilmu hokum di Universitas London Utara. Setelah lulus, Khan membuka praktik sebagai seorang pengacara hak asasi manusia.
Khan mengawali karier politiknya sebagai anggota dewan kota London pada usia 23 tahun pada tahun 1994 – 2005. Sepanjang waktu itu, dia juga menjabat sebagai pemimpin Liberty, organisasi penegak Hak Azasi Manusia di Inggris dan Wales.
Karena kemampuan dan kesohorannya bapak dua anak – Anisah dan Ammarah, buah pernikahannya dengan Saadiyah Ahmed – itu kembali terpilih sebagai anggota parlemen Partai Buruh yang mewakili konstituen London – Tooting pada tahun 2005.
Tiga tahun kemudian, atau tepatnya tahun 2008, Gordon Brown, mantan Perdana Menteri Inggris mendapuk Khan sebagai Menteri Masyarakat dan kemudian Menteri Transportasi di kabinetnya.
Keterlibatannya di politik terus berlanjut meski Partai Buruh kehilangan kekuasaan pada tahun 2010. Ketua partai ini, yaitu Ed Miliband mempercayainya sebagai menteri dalam kabinet bayangan.
Pada 11 Mei 2015, pria yang santun yang lemah lembut ini mengundurkan diri dari kabinet bayangan. Dia bertekad maju sebagai calon wali kota dari Partai Buruh dalam pemilihan umum Walikota London.
Ia memenangi pemilihan itu pada 11 September 2015. Dia mampu mengungguli Zac Goldsmith dari Partai Konservatif dengan perolehan suara 57%.
Kesantunan dan kerendahan hatinya terlihat di saat mulai kampanye. Dia mengatakan “Saya ingin semua warga London mendapatkan peluang yang sama seperti yang diberikan kota ini kepada saya.” Ucapnya memberi alasan saat ditanya tentang alasannya mencalonkan diri.
Dia juga tak terpancing ketika lawan politiknya menuduhnya dekat dengan kalangan yang berpandangan ekstrim. Dengan tenang dia mengakui bahwa sebagai seorang pengacara, dirinya memang membela mereka yang dituduh memiliki kegiatan ekstrim.
Karena pada dasarnya, lanjutnya, seseorang memiliki hak untuk dibela. Apapaun posisi dan kondisinya, namun persoalan sejauhmana hak-haknya adalah hukum dan kebenaran yang menentukan.
Khan juga dikenal tidak memiliki sikap antipati terhadp kelompok atau kalangan lain yang berbeda sikap dan perilaku dengan sikap yang dianjurkan keyakinannya. Meski tak mengkonsumsi alcohol, namun dia tak memusuhi orang yang meminum alcohol, dia juga tak ingin kelab malam ditutup.
Sikapnya yang toleran dan dan rendah hati tak lepas dari didikan sang ayah. Mengajak orang lain menuju kebaikan tak harus dengan cara frontal dan kekerasan, namun dengan memberi contoh yang tak menggurui. Memberi bukti dengan sikap dan tindakan yang berarti bagi orang lain tanpa melihat latar belakang sosial, agama, dan politik adalah salah satunya.
Petuah dan contoh itu juga telah dipratikan sang ayah, Amanullah, sang sopir bus. Dia saban hari melayani penumpang dari suatu tempat ke tempat lain dengan tulus, tanpa melihat latar belakang sosial, suku bangsa, agama, aliran politik, dan kedudukan orang per orang yang dilayani. Semua dilakukannya dengan ikhlas. (Ara/ Berbagai sumber)