Jakarta – Pengusaha muda angkutan bus mengkritik kebijakan dan langkah Menteri Perhubungan Ignasius Jonan yang dinilai tidak berpihak ke perusahaan bus. Dia juga dianggap tak memahami angkutan jalan raya.
Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan menyebut Jonan lebih mempedulikan moda transportasi kereta api dan pesawat terbang ketimbang angkutan jalan raya atau bus. “Sadarkah Pak Jonan ini, kalau beliau itu Menteri Perhubungan Republik Indonesia? Apa masih merasa Direktur Utama KAI (PT Kereta Api Indonesia)?,” ujarnya melalui pesan pendek yang diterima Otoniaga, Selasa (12/7).
Menurutnya, dalam sebuah wawancara di salah satu stasiun televisi swasta, menurut Kurnia, Menteri Jonan hanya memperhatikan pesawat terbang dan kereta api. “Pak Menteri Ignasius Jonan membahas penerbangan tambahan di Halim, Soetta, dan tambahan gerbong kereta. Tak sekalipun Menteri Jonan menyebutkan moda transportasi bus,” paparnya.
Padahal, lanjut Kurnia, sebelum pemerintah bisa menyediakan transportasi massal yang baik, pihak swasta yang terlebih dulu melakukannya dengan berusaha sendiri yakni dengan menyediakan angkutan bus. Oleh karena itu, sudah semestinya pemerintah memperhatikan angkutan ini.
Kurnia juga menyebut pemerintah hanya menyodorkan aturan-aturan yang dinilai mengutamakan keselamatan namun menyulitkan perusahaan angkutan bus. Sementara, angkutan illegal dibiarkan melenggang dengan leluasa.
Dia menyodorkan contoh masalah sederhana namun kerap dihadapi operator bus yakni kaca pecah. Jika kaca bus pecah maka pemerintah dengan mudah akan menyatakan bus tidak layak jalan.
Sedangkan jika ditelisik akar masalahnya, kaca pecah terjadi karena ada oknum tidak bertanggungjawab yang sengaja melempar batu ke kaca bus. Oknum-oknum seperti ada di sejumlah titik di sepanjang jalan mulai dari Aceh hingga Bali.
“Padahal siapa yang mau jalan dengan kaca pecah? Kementerian tak pernah mau tahu penyebab kaca pecah,” ucapnya.
Namun, kata Kurnia, tidak ada aparat yang melakukan penindakan atas tindakan yang tidak elok tersebut. Hal itu berbeda dengan kejadian yang menimpa kereta api.
Selain itu, pengusaha bus saat mudik lebaran kali ini juga menghadapi situasi sulit yakni kemacetan di jalan tol Brebes hingga beberapa puluh jam. Hal itu terjadi karena Menteri Jonan juga tidak memperhatikan moda transportasi bus.
“Ini masalah klasik yang selalu berulang. Ini akibat tidak adanya sinergi antar-institusi yang baik,” tandasnya.
Sementara, saat melakukan inspeksi di Terminal Bungurasih, Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (11/7) kemarin Jonan mengatakan jumlah penumpang bus saat mudik mengalami penurunan. Hal itu terjadi karena standar layanan angkutan bus yang dirasa kurang dibanding moda transportasi lain oleh calon penumpang.
“Turunnya parah, kira-kira sampai tujuh persen,” ujarnya.
Jonan berjanji akan mengajak para pengusaha bus untuk membicarakan masalah itu dan menyampaikan perlunya penerapan standar pelayanan bus. Salah satu standar itu adalah aspek keselamatan pengemudi dan penumpang. “Keselamatan adalah aspek utama. Saya tidak akan membiarkan bus ditinggal penumpangnya,” tegas Jonan.
Bagaimana pun, keberadaan bus bagi Indonesia masih sangat penting. Sebab, tidak semua anggota masyarakat bisa mengakses angkutan lain seperti kereta api, pesawat, mapun kapal laut. Selain itu, kapasitas moda transportasi tersebut juga terbatas. (Ara/Ktbr)
akan lebih baik kelak transportasi diperbaiki