Jakarta – Meski besarannya bervariasi setiap tahun, namun bisnis e-commerce terus mencatatkan geliat pertumbuhan di Indonesia. Derap kegiatan usaha berbasis daring ini dinilai meenjanjikan potensi permintaan kendaraan komersial.
“Secara fakta dan logika, bergairahnya bisnis ini telah menaikan permintaan jasa kargo dan logistik. Artinya, potensi kenaikan di pasar jasa logistik tentu berkorelasi positif dengan fakta yang ada di pasar e-commerce itu,” tutur Ferdinan Adrianto, salah seorang anggota Asosiasi Jasa Logistik Indonesia saat dihubungi di Jakarta, Jumat (22/7).
Menurutnya, multiplier effect pertumbuhan di pasar daring itu cukup besar. Sebab, pengangkutan barang-barang pesanan ke berbagai tempat pemesan membutuhkan berbagai moda transportasi. Baik roda empat maupun roda dua.
“Nilainya cukup besar. Sekadar catatan, data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukan, nilai transaksi e-commerce di tahun 2013 saja mencapai Rp130 triliun,” paparnya.
Pernyataan serupa diungkapkan pengamat e-commerce, Samuel Hutajulu. Menurutnya, potensi e-commerce di Indonesia ke depan masih sangat besar untuk berkembang.
Sebab, kata dia, angka pertumbuhan pada tahun 2013 itu dibukukan oleh 7% dari pengguna internet di Indonesia yang sebanyak 80 juta orang atau hampir sepertiga dari total jumlah penduduk. Artinya, pengguna internet yang berbelanja secara online baru sebanyak 7%.
“Tapi ini tergantung juga kondisi perekonomian nasional. Sebab, kalau kita lihat data dari lembaga riset global SparkLabs, angka pertumbuhan dari tahun 2012 ke berikutnya mengalami penyusutan karena kondisi ekonomi,” ucapnya.
Pada tahun 2012, SparksLab mencatat adanya pertumbuhan hingga 85%. Namun, pada tahun 2014 dan 2015 masing-masing menjadi 45% dan 37%. Meski begitu, ini menunjukan bahwa potensi pertumbuhan masih ada. Bahkan besar,” jelas Samuel.
Sejumlah nama e-commerce telah eksis di Indonesia. Sebut sebagai contoh, Zalora, Berrybenka, Lazada, Bilna, Saqina, Tokopedia, VIP Plaza, Ralali, dan sebagainya.
Lembaga konsultan kondang di dunia, Frost &Sullivan, Maret lalu menyodorkan ramalannya. Dengan perkiraan market size industri transportasi logistik pada tahun lalu mencapai Rp 2.152 triliun, maka dengan pertumbuhan 15,4%, pada tahun 2020 bakal mencapai Rp 4.396,54 triliun.
“Ini disebabkan tingginya konsumsi penduduk, terutama dari sektor e-commerce. Sekitar 61% populasi perkotaan konsumsinya meningkat. Industri ini akan berkembang, termasuk logistik,” papar Vice President Global Frost & Sullivan, Gopal R.
Bagi kalangan industri otomotif yang memasarkan kendaraan komersial, apa yang tengah terjadi di pasar e-commerce itu meruapakan peluang. “Tentu di saat sektor lain yang selama ini menjadi market terbesar seperti pertambangan, perkebunan, konstruksi dan lainnya masih lesu, pasar jasa logistik menjadi peluang baru. Apalagi potensinya juga cukup menjanjikan, terlebih jika ekonomi pulih dan meningkat,” ujar Sales & Promotion Director PT Hino Motor Sales Indonesia, Santiko Wardoyo saat ditemui beberapa waktu lalu.
Pernyataan serupa diungkapkan Executive Coordinator Domestic Marketing Division ADM, Rokky Irvayandi saat dihubungi. Dia menyebut, meski belum bisa dihitung secara pasti berapa peningkatan yang muncul dengan maraknya pasar daring itu, namun Rokky melihat sektor itu member harapan baru bagi pasar kendaraan komersial.
“Terutama pickup dan van yang biasa digunakan oleh perusahaan jasa pengiriman. Kalau melihat fakta dan data yang disodorkan sejumlah pihak berkompeten, potensi pasar ini besar. Ya mudah-mudahan benar-benar berkorealsi positif dengan perminataan kendaraan komersial. Tapi potensi ada,” ungkapnya.
Namun, yang pasti, Rokky menyebut selama ini penyerapan kendaraan pickup Daihatsu Gran Max terbanyak oleh sektor perdagangan. Khususnya sub sektor perdagangan ritel.
Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gakindo), Rokky mengatakan penjualan secara ritel kendaraan low pickup hingga Juni lalu sebanyak 52.336 unit. Jumlah ini lebih kecil 33% dibanding Januari – Juni 2015 lalu yang sebanyak 77.100 unit.
Sementara, dari jumlah penjualan yang ada, Daihatsu membukukan pangsa pasar 9% di segmen low pickup. “Untuk low pickup ini, sebagian besar (konsumen) penyerapnya adalah perdagangan ritel,” imbuhnya. (Ara/Ktbr)