Los Angeles – Dua pemuda bersaudara, Erwin dan Eric Tjahyadi, mendirikan restoran mobile alias food truck di Los Angeles, Amerika Serikat sejak 2009 lalu dan hasilnya lumayan moncer. Selain namanya dikenal di kawasan elite Beverly Hills, jumlah food truck-nya pun terus bertambah. Bahkan majalah kuliner Gourmet Magazine menobatkan bisnisnya sebagai salah satu food truck terbaik di Los Angeles.
Erwin dan Erick beserta kedua orang tuanya pindah bermukim ke Amerika Serikat sejak tahun 1993. Dirinya bukan orang baru dalam dunia kuliner. Sebelum membuka bisnis food truck, Erwin yang memiliki latar belakang pendidikan di Le Cordon Bleu di Pasadena, Amerika, berhasil lulus meraih gelar dengan penghargaan tertinggi.
Selanjutnya, memulai karir profesional pertama dengan magang di restoran Wolfgang Puck. Lalu belajar di bawah bimbingan Chef Trey Foshee di Cove sebelum akhirnya bertugas sebagai chef utama di hotel Bel-Air.
Bisnis mulai berjalan setelah Erwin ‘diberhentikan’ dari pekerjaannya di Hotel Bel-Air. Manajemen hotel itu berganti karena oleh pemilik lamanya dilego, sehingga Erwin bersama dua rekannya – Mike Choi dan ike Cho – angkat kaki.
Didasari semangat dan rasa cinta terhadap dunia kuliner, pada saat itulah – tahun 2009 – dia dan kawan-kawannya berembuk dengan kakaknya, Eric Tjahyadi – untuk membuka bisnis makanan. Gayung pun bersambut, karena Eric yang bekerja di NBC Universal, setuju.
Awalnya, mereka berpikir hanya berbinis hotdog di gerobak seperti yang menjamur saat itu. Namun, akhirnya diputuskan untuk menggunkan food truck dengan menu yang ditawarkan ke pelanggan berbeda dengan hotdog.
“Karena food truck memang lagi menjadi trend dan lebih praktis dan efisien bisa beroperasi dari satu tempat ke tempat lain yang strategis,” ujar Erwin kepada The Culture Trip suatu ketika.
Akhirnya, menu utama yang dipilih pemuda asal Surabaya, Jawa Timur itu adalah gourmet Asian Fusion taco truck. “Saya ingin menyuguhkan warisan kuliner California yang kaya dan multikultural yang bercampur dengan pengaruh makanan kegemaran saya yang berlatarbelakang Asia Tenggara. Kami bangga memiliki menu fusion yang mampu menarik banyak penggemar makanan yang memiliki selera yang sama,” tuturnya.
Erwin tak asal bicara. Terbukti, bisnisnya terus berkembang. Dalam enam bulan pertama sejak dibuka misalnya, food truk milik mereka telah menjadi dua unit.
Bahkan dengan keuntungan yang dihasilkan dari operasional food truck yang dilabeli Komodo Food itu, mereka bisa membangun restoran di kawasan elit Beverly Hills bagian Selatan.
Tak Cuma itu, sejumlah perusahaan film dan televisi yang berada di Los Angeles seperti Fox, CBS, NBC, Sony, Lionsgate, Paramount, Universal dan sebagainya juga menjadi pelanggan restoran berjalan itu. Dan yang tak kalah menariknya adalah, mereka dipercaya sebagai penyedia catering bagi pesta-pesta pernikahan.
“Tidak pernah kami bayangkan bahwa (menu yang disajikan Komodo Food) akan menjadi trendy atau hip untuk makan dari truk,” kata Erwin seperti dikutip East West Bank.
Beberapa menu andalannya antara lain Rendang, Java tacos, nasing goreng dan Indomie buritto, masing-masing membawa ciri khas unik dari kuliner Indonesia modern. Java tacos misalnya, menawarkan daging robek yang telah direndam dengan kombinasi bumbu kecap, minyak wijen dan serai, sementara nasi gorengnya dilengkapi dengan saus mayones khusus.
Sementara, ihwal nama Komodo, Erwin mengatakan itu terinspirasi dari karakter dan kemampuan hewan endemik Nusa Tenggara Timur khususnya pulau Komodo. Kebetulan, ayahnya lahir dan besar di daerah yang dekat dengan pulau itu.
“Nama Komodo ini terinspirasi dari ayah kami yang besar di dekat Pulau Komodo. Sedangkan Komodo adalah hewan asli Indonesia yang mencari makannya melalui cita rasa mereka, karena penghlihatannya yang kurang,” ucap Erwin seperti dikutip LA Times.
Kemampuan Komodo yang seperti itulah dirasa mewakili citra dan merepresentasikan bisnis mereka yang mengutamakan cita rasa yang tinggi. Dengan menggunakan nama binatang itu pula, Erwin dan kawan-kawan juga ingin memperkenalkan budaya Indonesia kepada semua orang di Amerika.
“Tentunya, kami juga ingin mengenalkan makanan bercita rasa Indonesia dan Asia Tenggara dengan format yang lebih sesuai dengan konsumen,” kata Erwin. (Ara/Wel).
