Jakarta – Kelesuan yang membelit sektor perkebunan saat ini dianggap sebagai peluang oleh Viar Motor Indonesia (VMI). Dia berancang-ancang merangsek sektor itu dengan menawarkan produk berbanderol bersaing namun berkapasitas besar.
“Kalau kita saat ini kan secara market ritel sudah kuat. Karena itu, sekarang mau mencoba merambah sektor perkebunan. Untuk saat ini ini memang baru penjajakan dengan ikut bergabung dalam pameran kelapa sawit yang akan digelar di JIExpo Kemayoran pada bulan ini,” tutur Marketing Communication VMI, Fanky Osmond, kepada Otoniaga, di Jakarta, Senin (1/8).
Menurutnya, kondisi muram yang tengah dialami oleh sektor perkebunan saat ini dianggap peluang oleh VMI. Sebab, dalam kondisi apapun, perusahaan tetap harus melakukan operasional, minimal untuk menghindarkan kerugian.
“Perusahaan perkebunan tetap harus beroperasi meski ongkos operasional harus diperkecil. Nah, di sini kita menawarkan solusi dengan motor roda tiga,” ucap Franky.
Dia menyebut, kemampuan dan karakter motor yang ditawarkan VMI sesuai dengan kebutuhan perusahaan perkebunan. Varian yang bermesin 300 cc misalnya, memiliki daya angkut hingga 1,2 ton. Harganya pun sekitar Rp 30 juta.
Sedangkan varian bermesin 200 cc mempunyai daya angkut hingga 800 kilogram. Harganya sekitar Rp 20 jutaan.
VMI, kata Franky, juga menawarkan kemudahan dan keringan dalam perawatan kendaraan. Selain telah tersedia 700 dealer secara nasional, juga siap mendatangkan mekanik bagi perusahaan yang memiliki armada banyak dan menghadapi permasalahan dengan motor.
“Secara teknis motor untuk perkebunan itu tidak berbeda spesifikasinya dengan motor yang sudah ada. Kami tidak melakukan ubahan, hanya penyesuaian dengan fungsi yakni dengan menggunakan ban offroad dan sistem double garden. Kalau pun perawatan mungkin olinya yang perlu rutin mendapatkan perhatian karena motor bukan kerja berat lagi, tapi ekstrim,” paparnya.
Menyinggung soal penjualan, Franky mengaku hingga semester pertama tahun ini pihaknya mampu menggenggam pangsa pasar hingga kurang lebih 60%. Rata-rata penjualan yang dibukan saban bulannya mencapai 3.500 unit.
“Memang saat nilai tukar dolar terhadap rupiah naik, pada tahun 2014 dan 2015, kami terkena imbasnya. Tapi perlahan namun pasti, penjualan pulih kembali, sehingga rata-rata 3.500 unit per bulan,” imbuhnya. (Ara)