Tren seperti itu, lanjut Agus, juga membawa dampak positif bagi bengkel modifikasi otomotif atau bahkan pabrikan motor. Dengan demikian multiflier effect dari inovasi pengusaha UMKM cukup bisa menggerakan perekonomian. Pernyataan Agus soal masih menggeliatnya permintaan motor diamini Deden. “Banyak pengusaha yang beralih ke motor niaga. Selain itu, permintaan motor niaga juga tidak dari pelaku usaha perdagangan eceran atau sektor kuliner saja.
Permintaan dari kalangan pemerintah terutama untuk kendaraan operasi di dinas pertamanan dan kebersihan baik yang digunakan sebagai angkutan bak sampah atau tangki air juga banyak. Kami dipercaya untuk pengadaan itu,” ucapnya. Melihat fakta tersebut dan keunggulan yang dimiliki, Deden menegaskan pihaknya tetap percaya diri.
Terlebih, ada sejumlah keunggulan yang ditawarkan pihaknya bagi konsumen. Pertama, harga unit motor niaga Viar cukup terjangkau, bahkan bagi pebisnis pemula sekalipun, yalni Rp 26 juta untuk tipe reguler. Kedua, jaringan penjualan dan penyediaan suku cadang sudah tersebar ke seluruh penjuru negeri. Sehingga, bagi pengguna kendaraan tersebut tak akan mengalami kesulitan jika terjadi maslah di kendaraannya. Ketiga, motor niaga Viar dirancang memiliki ketangguhan dan daya tahan yang tinggi agar biaya operasional dan perawatannya murah. “Bahkan sangat murah. Cara perawatannya pun mudah seperti merawat motor biasa,” kata Deden.
Dengan serangkaian keunggulan itulah, PT Tiangle mengaku tak silau dengan dengan persaingan yang kian ketat. Bahkan tetap percaya diri di saat pasar otomotif maupun laju ekonomi nasional yang masih belum kencang seperti sekarang. (Ara)
