Semakin memasyarakatnya moda transportasi udara alias penerbangan dan semakin membaiknya layanan angkutan kereta api plus tarif yang bersaing, memang telah berpengaruh terhadap bisnis angkutan bus.
Banyak kalangan yang melontarkan pernyataan itu dengan menyodorkan angka besaran penurunan tersebut. Prosentasenya bermacam-macam. Saya sepakat dengan pendapat adanya dampak dari semakin menariknya angkutan udara dan kereta api tersebut sehingga terjadi switching dari penumpang bus ke pesawat atau kereta api.
Namun saya tidak ingin terjebak dalam perdebatan panjang tentang besaran penurunan penumpang bus. Dan yang pasti keduanya – pesawat dan kereta api – tak akan serta merta mematikan pasar jasa angkutan bus.
Setidaknya ada sejumlah alasan yang menjadikan fungsi bus tidak habis atau hilang di tengah masyarakat. Pertama, hingga saat ini dan di masa mendatang masih banyak pengguna bus yang massif dan loyal untuk terus menggunakannya.
Terkadang, tidak sedikit pengguna angkutan ini yang fanatik terhadap perusahaan otobus (PO) yang menyediakan layanan transportasi itu. Bahkan tidak sedikit pula, memiliki minat yang tinggi terhadap mesin dengan merek tertentu yang digunakan oleh bus.
Kedua, dunia angkutan bus lebih dinamis atau update. Saban tahun selalu muncul inovasi desain-desain baru. Fakta ini memantik keinginan para penikmat bus untuk selalu mencobanya.
Tapi, mereka benar-benar hanya ingin merasakan sensasi dari desain atau mesin, teknologi, serta fitur baru yang ditawarkan di bus tersebut. Faktor ketiga, berbeda dengan pesawat atau kereta yang tempat pemberhentiannya hanya terbatas bandara atau stasiun, bus tidak selalu demikian.
Dia bisa berhenti di tempat-tempat tertentu atau bahkan tempat yang menjadi tujuan wisata dan dikunjungi banyak orang. Fleksibilitas ini dianggap sebagai sebuah keunggulan tersendiri dari bisa dan keuntungan penggunanya.
Maklum, tak sedikit orang yang menggunakan bus yang menjadikan prosesi perjalanan mereka menuju suatu tempat bukan sekadar perjalanan biasa. Tapi, banyak dari mereka yang menikmatinya sebagai sebuah perjalanan wisata.
Dengan demikian meski banyak orang yang berwisata ke suatu tempat menggunakan pesawat atau kereta api, tetapi mereka juga menggunakan bus. Di sinilah fungsi bus tak akan pernah tergantikan.
Terlebih, perusahaan penyediaan layanan transportasi bus atau PO juga tak tinggal diam menghadapi persaingan dengan eksteran maupun diantara internalnya. Mereka terus melakukan pembenahan diri seiring dengan perkembangan zaman dan tuntutan maupun kebutuhan masyarakat penggunanya.
Mungkin beberapa tahun lalu, kita cukup tertinggal dibanding negara tetangga dalam pengadaan dan penggunaan armada bus. Namun sekarang, bus Scania berstandar Euro 6 misalnya, bisa kita temui di beberapa kota.
Sementara bus Mercedes-Benz OH2542, bus Scania K410 yang menggunakan tiga axle 6×2 bukanlah menjadi bus yang asing digunakan oleh sejumlah PO tertentu. Begitu pun dengan bus-bus berteknologi mutakhir lainnya.
Maklum, masyarakat saat ini juga semakin kritis. Dengan menggunakan sarana teknologi digital atau piranti gadget, mereka dengan mudah mengunduh informasi, membandingkan antara satu layanan yang disuguhkan oleh satu PO dengan PO lainnya. Mereka dengan mudah mengetahui informasi mulai dari ketangguhan dan performa mesin, kenyamanan jok, teknologi atau perangkat pendukung keamanan dan kenyamanan.
Namun, satu hal yang juga turut memberi andil adalah, lahirnya komunitas. Wadah itu bukan sekadar ajang kumpul dan bertukar pikiran di antara anggotanya saja, tetapi juga menjadi referensi. Seperti diketahui, kalangan komunitas kerap melakukan uji atau tes ride bus baru, mereka merasakannya dan kemudian membanding-bandingkannya. Hasil uji itu kemudian disebarkan melalui media sosial dan menjadi referensi bagi anggotanya.
Menyikapi fakta seperti itu, para PO juga terus melakukan inovasi. Dari sisi layanan misalnya, tidak sedikit PO yang menyediakan jasa layanan pemesanan tiket secara online, penjemputan dan pengantaran penumpang hingga ke alamat tujuan. Mereka juga membuat media khusus bagi konsumen untuk member informasi apapun terkait layanan.
Bahkan, sejumlah PO sudah menawarkan sistem keanggotaan atau membership bagi konsumen loyalnya. Tentu, ada sejumlah keuntungan yang ditawarkan. Artinya, kini manajemen modern dan strategi canggih digunakan para PO untuk menghadapi bidang bisnis mereka yang penuh dengan iklim persaingan.
Memang, harus jujur diakui, ada juga perusahaan bertumbangan karena berbagai faktor. Mulai dari salah urus manajemen, tidak bisa mengikuti perkembangan zaman, tuntutan dan kebutuhan konsumen, hingga memang karena tak diminati konsumen karena memiliki reputasi tak bagus.
*Tulisan ini disarikan dari wawancara dengan Sugeng Aprilianto, seorang penggemar dan pemerhati angkutan bus yang tengah tugas belajar di sebuah perguruan tinggi di Jember.