Kinerja Adiputro Masih Mengkilap di Tengah Lesunya Ekonomi

Jakarta – Lesunya perekonomian nasional yang mulai terasa sejak tahun 2013 telah berdampak kepada industri karoseri di Tanah Air. Di tengah kondisi seperti itu, karoseri Adiputro masih mampu memutar roda bisnis dengan berbagai inovasi yang dilakukan.

Salah seorang eksekutif Adiputro, Jesse Jethrokusumo, mengakui imbas lesunya perekonomian nasional terhadap bisnis karoseri termasuk Adiputro lumayan signifikan. Terutama sejak tahun 2014.

Read More

“Tahun 2014 sudah mulai (dampak mulai terasa), dan tahun 2015 mulai turun terus. Di tahun 2016 ini kita harapkan bisa pulih, tapi kenyataannya masih saja belum membaik,” tuturnya kepada Otoniaga akhir pekan kemarin.

Kendati begitu, Adiputro masih bersyukur karena pemesanan oleh konsumen masih mengalir. Meski banyak diantara pesanan itu baru benar-benar terealisir setelah Adiputro ikut dalam pameran (Gakindo Indonesia International Auto Show /GIIAS 2016).

Adi Putro GIIAS Interior

“Nah, pesanan itu bisa saya bilang repot. Kenapa? Karena beberapa customer yang sudah menjadi langganan kami, dari jauh hari sebelum pameran sudah kasih info untuk memesan bus ke kami. Tapi, mereka menunggu pameran (berlangsung) dulu, supaya dapat option-option terbaru,” ujar Jesse disusul tawa.

Maklum, fitur-fitur opsional baru baru biasanya diaplikasikan ke unit yang akan diproduksi Adiputro setelah contohnya dipajang di pameran. Di ajang GIIAS 2016 misalnya. Di janag itu, lanjut Jesse, Adiputro memang menyuguhkan inovasi yang bersifat opsional baru.

Fitur opsional itu antara lain kaca roof panoramic dan penempatan pendingin ruang (Air Conditioner/AC) di bagian belakang bus. Selain itu, karoseri kondang asal Malang ini juga menawarkan fitur opsional berdasar keinginan dan kebutuhan konsumen.

“Tapi, option-option yang kami sediakan itu sudah kami siapkan matras, cetakan, dan jig-jignya. Jadi apa yang kami kerjakan masih memenuhi standar Adiputro yang sudah berdasar cetakan,” paparnya.

Sebelumnya, Sales Supervisor Karoseri Adi Putro, Jimmy, mengatakan, pihaknya mendapatkan pemesanan pengerjaan 10 unit bus model lama dan baru sepanjang pameran GIIAS 2016. Di pameran ini, Adpiutro antara lain menyuguhkan varian Skyview Coach berbody Jetbus 2+ SHD bersasis Scania K410, Jetbus 2+ Air Suspension bermesin Hino R260, dan microbus Jumbo Jetbus 2+.

Adi Putro GIIAS Jetbus

Model-model itulah yang kemudian dipinang konsumen. Model microbus Jumbo Jetbus misalnya, dipesan oleh sejumlah perusahaan otobus dari berbagai daerah. Para pemesan itu antara lain berasal dari Jakarta, Surabaya, Magetan, Rembang hingga Banda Aceh.

Tahun lalu, Adiputro meluncurkan dua model anyarnya, yaitu bus berbody Jetbus 2 SDD yang menggunakan sasis Mercedes Benz OC500RF 2542, dan Jetbus 2+ SHD berbasis Scania K380iB. Konsumen bus varian pertama antara lain PO Efisiensi dan varian kedua antara lain dibeli oleh PO Pandawa, Bali.

Peluncuran mode anyar  dan pesanan di GIIAS itu, kata Jesse, merupakan bukti masih menggeliatnya Adiputro di tengah perekonomian yang muram. Bahkan di tengah himpitan fluktuasinya harga bahan-bahan baku seperti besi dan baja.

“Harga dari supplier sudah naik dari tahun-tahun lalu. Tapi kami sebagai karoseri tidak bisa menaikkan harga sewaktu-waktu. Lucunya, kalau harga besi dan barang-barang yang berhubungan dengan itu (bahan baku pembuatan bodi dan fitur bus) turun, harga dari supplier tidak pernah turun,” paparnya. (Ara)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *