Bus Makin Kurang Diminati Masyarakat? Ini Penyebabnya

ilustrasi bus AKAP-Arif Arianto.otoniaga

Jakarta – Kalangan pengusaha angkutan bus mengakui adanya penurunan minat masyarakat terhadap bus untuk menjadikan srana transportasi saat bepergian dalam beberapa tahun terakhir. Untuk mengembalikan daya tarik bus tak bisa hanya dilakukan oleh perusahaan otobus (PO) saja, tapi juga pemerintah.

“Jauh sebelum musim mudik lebaran (Juni lalu), penurunan juga sudah terjadi. Dan itu sejatinya ada beberapa faktor yang nota bene bukan hanya dari dalam diri angkutan bus dan pelaku usaha angkutan bus tetapi juga faktor eksternal mereka,” tutur Ketua Ikatan Pengusaha Bus Muda Indonesia (IPOMI), Kurnia Lesani Adnan kepada Otoniaga, kemarin.

Read More

Faktor eksternal yang dimaksud pria yang akrab disapa dengan Sani itu adalah, kondisi persaingan dengan moda transportasi lain seperti penerbangan dan kereta api. Tarif murah yang dipatok oleh perusahaan penerbangan serta makin maraknya angkutan kereta api, memantik minat masyarakat menggunakan jasa angkutan tersebut.

Kurnia Lesani Adnan, Direktur Utama PO Siliwangi Antar Nusa
Kurnia Lesani Adnan, Direktur Utama PO Siliwangi Antar Nusa

Namun, faktor eksternal lainnya yang tidak kalah besar menjadikan persepsi orang terhadap angkutan bus adalah pernyataan dari pekjabat pemerintah yang seolah menjadikan stigma terhadap bus sebagai angkutan yang tidak menarik.

“Memang, faktor subyektifitas masyarakat terhadap bus, bahwa angkutan ini tidak nyaman juga cukup besar. Nah, kondisi itu semakin diperkuat tidak berpihaknya (oknum) pejabat yang berkali-kali mengatakan bahwa angkutan bus tidak nyaman dan tidak aman,” kata Sani.

Padahal, fakta lain yang tidak kalah besar memunculkan persepsi tidak baik ke angkutan bus adalah kondisi terminal. Tidak terintegrasinya angkutan di terminal bagi penumpang bus yang hendak bepergian atau baru datang dan turun dari bus, kondisi loket, toilet, ruang tunggu, hingga semrawutnya pedagang dan faktor ketidak amanan di sekitar terminal misalnya.

Padahal, itu semua bukanlah kewenangan PO untuk mengatur dan menertibkannya.

Artinya, lanjut Sani, banyak faktor yang musti dibenahi. Sementara kewenangan itu ada di pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya. Kenadti begitu, Sani tak menampik banyak juga kondisi bus yang tidak nyaman dan memenuhi standar kelayakan untuk pelayanan.

P.O SAN Bus Baru S-Liner

“Tapi itu kan tidak semua. Jumlah bus ribuan, dan kalau ada sebagian yang tidak nyaman dan layak jangan kemudian digeneralisir. Banyak yang telah melakukan perubahan. Bahkan berkali-kali saya sampaikan, jika tidak melakukan perubahan sama halnya menggali lubang kubur sendiri, karena persaingan semakin ketat. Masyarakat sudah berubah,” papar Direktur Utama PO SAN itu.

Sebelumnya, Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan menyatakan, jumlah penumpang bus selama arus mudik terus menurun setiap tahunnya. Tercatat, jumlah penumpang bus pada Juni hingga Juli lalu hanya sebanyak 4,2 juta orang. Jumlah tersebut menurun 12,29 persen dibanding tahun lalu, yag mencapai 4,8 juta orang.

”Memang, masih kurangnya faktor keselamatan dan kenyamanan angkutan bus menjadi tantangan Ditjen Perhubungan Darat untuk memperbaiki kondisi itu,” papar Dirjen Perhubungan Darat, Pudji Hartanto Iskandar. (Ara)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *