Jakarta – Ada banyak cara yang dilakukan oleh Perusahaan Otobus (PO) untuk selalu tampil beda dalam melayani pelanggan, salah satunya membuat tampilan bus tetap baru dengan cara mengganti karoseri body bus atau rebody. Menariknya, bus yang berganti body itu tak selalu bus yang telah berusia tua.
“Ini merupakan bagian dari strategi bisnis, yaitu untuk memenuhi selera dan keinginan konsumen yang terus berubah. Karena umumnya, para pelanggan itu menginginkan bus dengan tampilan baru dan fitur-futur baru,” tutur salah seorang direktur sebuah PO kelompok Muriaan, Jawa Tengah, saat dihubungi, Senin (5/9).
Menurutnya, cara seperti bukanlah hal yang haram untuk ditempuh. Sebab, chassis yang dire-body bukanlah chasiss sembarang atau sudah tak layak, tetapi tak jarang masih tergolong baru. Sehingga, lanjut dia aspek keamanan dan kenyamanan penumpang bus masih terjamin.
“Ini sebenarnya kreatifitas dari manajemen untuk menghadapi persaingan. Pilihannya memang investasi baru atau dengan hanya rebody tapi mendapat bus baru. Apalagi dengan re-body bisa mendapatkan fitur-fitur baru yang bersifat opsional,” papar sumber tersebut.
Tak sedikitnya PO yang melakukan karoseri re-body juga diakui salah seorang eksekutif perusahaan karoseri Adiputro, Jesse Jethrokusumo. “Untuk rebody lumayan banyak. Karena banyak PO-PO yang sangat merawat kondisi mesin dan chassis bus mereka, sehingga masih bagus. Chassis itulah yang mereka gunakan untuk rebody,” tuturnya saat dihubungi Otoniaga.
Soal fitur-fitur anyar yang kemungkinan bisa didapatkan oleh bus rebody itu, Jesse mengatakan hal itu tak menutup kemungkinan. Namun, yang pasti, pihaknya dan PO harus mengecek terlebih dahulu kondisi chassis.
Sebab, karoseri juga harus memasang part-part kelistrikan di chassis yang menghubungkan aki dengan kebutuhan listrik di body. “Sehingga jika ada masalah kita infokan ke PO. Ini untuk keamanan atau keselamatan saat bus digunakan,” ucapnya.
Menariknya, tak semua bus yang direbody tak selalu bus yang telah berusia lama. Tak sedikit dari bus-bus itu yang berusia 10 tahun atau bahkan kurang dari itu. Alasannya memang bermacam-maam, namun umumnya ingin membuat tampilan berbeda sesuai dengan tren terkini untuk menggaet konsumen.
“Jadi tergantung pihak PO. Kebanyakan yang rebody ini bus reguler. Tapi, tidak menutup kemungkinan bus pariwisata juga melakukan rebody,” sebut Jesse.
Soal biaya memang sama dengan karoseri body baru untuk chassis baru. Kendati begitu beban yang ditanggung pengusaha bisa lebih miring karena body yang lama bisa mereka lego ke PO-PO lain. Hanya sayang, Jesse enggan menyebut berapa rata-rata jumlah bus yang direbody oleh karoseri kondang asal Malang itu. (Ara)