Dengan status cabang pula, standar layanan yang diberikan kepada konsumen sama antara satu dengan cabang lainnya. Begitu pun dengan proses pengambilan keputusan jika terjadi masalah yang menyangkut operasional maupun yang berkaitan dengan konsumen.
“Sebab, berbeda dengan dealership yang kepemilikannya bisa oleh investor (atau pihak lain), cabang dimiliki langsung oleh AMI. Sehingga kontrol dan peran kantor pusat menentukan kecepatan,” ujarnya.
Hingga saat ini tak kurang dari 100 cabang yang tersebar di 20 ibukota propinsi di Indonesia. Sementara, untuk menjangkau konsumen di lokasi yang lebih jauh, cabang di setiap propinsi membuka sub cabang di kota atau kabupaten.
“Bahkan (di wilayah-wilayah tertentu) sub cabang juga memiliki saluran penjualan hingga ke titik lebih jauh (kecamatan), sehingga memudahkan layanan karena sebagai delivery channel pemasaran kami,” terang Willy.
Strategi lainnya yang selama ini cukup tokcer dalam penjualan adalah dengan menggelar program khusus. Potongan harga atau potongan uang muka kepada calon pembeli dirasakan sangat membantu bagi mereka, terlebih di saat ekonomi sulit seperti sekarang.
Kebetulan, PT AMI juga bekerjasama dengan lembaga pembiayaan (leasing) satu grup selain dengan leasing lain. Dan tentu saja, lanjut Willy, strategi yang jauh lebih penting adalah menciptakan produk yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.
“Itulah yang kami lakukan. Varian produk kami dibekali mesin yang andal, tangguh, memiliki usia pakai yang lama, mudah untuk dilakukan modifikasi sesuai kebutuhan dan keinginan konsumen. Selain itu ongkos operasionalnya murah, tak ubahnya motor konvensional,” sebutnya.
Bicara soal potensi pasar, Willy menyebut cukup besar. Dengan jumlah pelaku bisnis skala UKM – yang merupakan target pasar potensial produk ini – sebanyak 60 juta dan yang benar-benar berpotensi membeli 20 persen saja atau 12 juta UKM, maka pasar segmen itu sangat besar.
