Jakarta – Sebagai organisasi yang baru terbentuk 9 Agustus lalu, Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Samarinda membuat gebrakan sertifikasi sopir truk. Bahkan, seseorang yang akan bekerja sebagai sopir di kota itu wajib memiliki sertifikat.
Ketua DPC Aptrindo Samarinda, Sadam Husen, menyebut kebijakan yang merupakan bagian dari program jangka pendek organisasinya itu memiliki dua tujuan. “Sertifikasi ini tentu saja untuk mengangkat harkat para sopir, yakni dengan mengakui keterampilan mereka dengan mengesahkan melalui sertifikasi.
Cara itu juga berarti memanusiakan mereka, karena tidak aka nada lagi sopir yang bertelanjang dada saat mengemudi, tetapi berseragam sehingga lebih tertib, lebih elegan. Dengan demikian, para petugas di jalan pun kita hormati,” tuturnya kepada Otoniaga melalui pesan singkat, Jumat (14/10).
Melalui sertifikasi itu pula, lanjut Sadam, aspek keselamatan dan keamanan dalam berlalu-lintas terutama dari sisi sopir truk akan terbangun. Pasalnya, sebelum mendapatkan sertifikat mereka akan dibekali dengan pelatihan dan pendidikan tentang keselamatan, etika, teknologi, serta berbagai peraturan berlalu-lintas.
Jika keterampilan dan pengetahuan telah terasah, diharapkan efektifitas dan efisiensi kerja para sopir juga meningkat. Peningkatan tersebut selain menguntungkan diri mereka juga perusahaan tempat dimana para sopir bekerja. Sebab semakin efisien pekerjaan, margin keuntungan juga akan semakin bertambah.
“Jadi, kedua belah pihak akan sama-sama diuntungkan. Karena sistemnya happy, proses pekerjaan dan hasilnya pun happy. Dengan semakin mumpuninya para sopir maka akan membuat pemilik bisnis nyaman. Pemilik bisnis akan membayar lebih kepada mereka (dibanding sebelumnya) karena sebanding dengan mendapatkan pengemudi yang layak,” papar Sadam.
Bahkan, bila cara dan sistem tersebut sudah benar-benar berjalan, diyakini bakal berdampak positif bagi geliat ekonomi Samarinda dan wilayah di sekitarnya. Sebab, dengan meningkatnya keterampilan para sopir maka proses pendistribusian barang di wilayah itu akan jauh semakin bagus.
Sedangkan pendistribusian barang yang cepat dan efisien bisa memangkas biaya logistik. Ujung-ujungnya, harga barang bisa ditekan, sehingga angka inflasi tak akan terkerek dan roda pertumbuhan ekonomi pun berputar lancar.
“Bahkan program sislognas (sistem logistik nasional) yang dicanangkan Presiden (Jokowi) juga akan berjalan lancar. Dan terciptanya kondisi ekonomi yang sehat (dengan inflasi rendah) di Samarinda itu sangat penting. Kota ini merupakan pintu gerbang ekonomi daerah lain seperti Kutai Barat, Kutai Timur, Bontang, dan lain-lain. Karena, proses pendistribusian barang berasal dari pelabuhan Samarinda,” jelas Direktur Utama MIM Transport Samarinda itu.
Hanya memang, Sadam menyadari untuk mewujudkan hal itu secara utuh masih memerlukan waktu. Kini pihaknya, masih melakukan proses registrasi semua kendaraan pengangkut barang mulai dari truk pengangkut petikemas hingga truk-truk kecil lainnya.
Dan sejak dikukuhkan melalui SK Nomor 04/DPP-APTI/VIII/2016 pada 9 Agustus lalu, hingga kini sudah begbaung 55 perusahaan dengan 800 armada truk pengangkut petikemas.
“Belum lagi trucking kecil seperti Colt Diesel dan sejenisnya. Mungkin (total armadanya mencapai) 1.500 unit,” ujarnya.
Kini proses sertifikasi tengah digencarkan dengan mengajak perusahaan-perusahaan anggotanya agar mengirimkan sopir mereka. Aptrindo Samarinda sendiri menjadi penyelenggara sekaligus menanggung biaya selama proses pelatihan dan sertifikasi. (Ara)