Pengusaha Truk : Orderan Susut 50%, Kendaraan Banyak Ditarik Leasing

Ilustrasi Truk Trailer - fronterasdesk

Jakarta – Sejumlah pengusaha angkutan truk sangat berharap suku bunga kredit yang dipatok bank atau leasing segera menciut untuk agar beban yang menghimpit mereka terkurangi. Sebab, sampai saat ini volume order pekerjaan ke mereka susut hingga 50%.

“Kondisi saat ini masih sulit. Sebab, perusahaan grup besar yang memiliki jaringan convenience store juga memiliki armada sendiri. Sekarang kita di angkutan bahan pangan, buah-buahan, sayur, juga harus perang tarif. Persaingan ketat,” tutur Sugianto, juragan angkutan truk asal Tuban, Jawa Timur, saat dihubungi, Minggu (23/10) malam.

Read More

Pernyataan senada diungkapkan Direktur Utama MIM Transport, perusahaan angkutan jasa logistik di Samarinda, Sadam Husen. Menurutnya, sejak dua tahun lalu ketika bisnis sektor pertambangan dan perkebunan melorot, bisnis logistik pun ikut menciut.

“Volume pekerjaan kami (sampai saat ini) sudah menyusut hingga 50%,” tuturnya melalui pesan singkat.

Terlebih di saat yang sama, nilai tukar rupiah terhadap dolar jeblok, kegiatan ekspor-impor juga menyusut. Pada saat itulah, lambat laun volume order pekerjaan yang diterima pengusaha angkutan truk ikut menciut.

Akibatnya, tak sedikit perusahaan angkutan truk – baik skala besar maupun skala usaha kecil dan menengah di Samarinda dan sekitarnya – yang gulung tikar.

“ Ada beberapa unit (truk) mereka yang terpaksa ditarik oleh pihak leasing atau bank karena tidak mampu membayar cicilan hingga enam bulan,” kata Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Samarinda, Kalimantan Timur, itu.

Sementara yang masih bertahan, sampai saat ini tidak berminat untuk melakukan ekspansi bisnis dengan menambah atau minimal peremajaan armada. Sebab, pekerjaan logistik memang dirasa belum bertumbuh dan stabil.

“Ya kita tahu volume kargo nasional memang belum menunjukkan kenaikan yang signifikan. Faktor utamanya ya daya beli masyarakat, sehingga berdampak pada volume logistik dan orderan ke kita,” papar Sadam.

Menciutnya orderan itu, berimbas pada kelancaran membayar angsuran kredit truk pun terganggu. Padahal, kata Sadam, di Samarinda saja, dari perusahaan dan perorangan pemilik truk yang berjumlah 150, sekitar 80% lebih menggunakan cara kredit untuk pembelian armada.

Pernyataan Sadam diamini Wakil Ketua Umum DPP Aptrindo, Kyatmaja Lookman. Menurutnya, mayoritas pembelian truk oleh pengusaha dilakukan secara kredit, terlebih di saat kondisi ekonomi yang masih seret seperti saat ini.

Oleh karena itu, lanjutnya, jika suku bunga kredit saat ini tidak turun akan memperparah keadaan yang dihadapi oleh para pemilik truk. “Sebab, saya rasa hampir semua pengusaha truk membeli secara kredit. Sementara, utilitas truk saat ini masih terbilang rendah karena berbagai faktor mulai dari macet hingga orderan yang menyusut karena kondisi ekonomi,” kata dia.

Presiden Direktur PT Lookman Jaya itu berharap, ada terobosan baru untuk kredit peremajaan atau pengadaan unit truk baru. Sebab bagaimana pun truk merupakan aset produktif. “Yang jelas tidak bisa pakai bank konvensional,” kata dia.

Seperti halnya Sadam dan Sugianto, Kyat menyebut pemangkasan suku bunga acuan hingga kini tidak ada pengaruhnya terhadap sektor angkutan truk. Sebab, bank maupun leasing belum bersedia menurunkan suku bunga kredit. “Kalau pun ada bank yang bersedia, itu sifatnya negosiasi dengan individu saja. Itu pun tingkatnya kecil,” ujar Sadam. (Ara)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *