Jakarta – Sejumlah kalangan industri otomotif meyakini kebijakan tax amnesty yang digelar pemerintah bakal berdampak positif bagi penjualan kendaraan, tak terkecuali kendaraan komersial truk. Sebab repatriasi dana dari tax amnesty berpotensi menstimulus perekonomian nasional.
“Memang, ini tidak serta merta. Butuh waktu, tetapi yang pasti akan berdampak positif. Karena setelah ‘pengakuan dosa’ kemudian ada pengampunan dan tebusan, maka dana-dana yang mengalir ke dalam negeri akan berlimpah. Ini bisa menstimulus perekonomian, dan orang membeli kendaraan termasuk truk juga tidak khawatir ditanyakan dananya dari mana,” papar Direktur delaer utama Mitsubishi Fuso Jakarta, PT Srikandi Diamond Motors, Osman Arifin, saat ditemui di sela acara Truck Campaign di Balai Kartini, Jakarta, Selasa (15/10) malam.
Pernyataan senada diungkapkan Deputy Group Head of Field Group PT KTB, Doni Maksudi. Menurutnya, permintaan kendaraan komersial sangat dipengaruhi oleh kondisi riil perekonomian, terutama industri manufaktur, pertambangan, perkebunan, dan perdagangan.
“Kalau dana (repatriasi dalam tax amnesty masuk), maka sektor riil juga akan semakin bergerak cepat. Terlebih beberapa sektor yang selama ini menjadi pasar utama seperti tambang dan perkebunan juga sudajh mulai menunjukan geliat. Harga minyak sawit dan batubara sudah mulai naik. Tapi, ini tidak kemudian langsung serta merta pengaruhnya. Paling kami perkirakan tahun depan,” paparnya.
Selain limpahan dana dari tax amnesty, baik Doni maupun Osman mengaku optimis permintaan terhadap truk pada tahun depan bakal lebih semarak karena tingkat suku bunga kredit akan turun. Hal ini dikarenakan suku bunga acuan Bank Indonesia yang sudah dikerek turun hingga ke level 4,75%.
Sementara, ikllim dan kegiatan bisnis akan semakin melaju karena dana investasi yang berasal dari tax amnesty melimpah. “Kira-kira suku bunga kredit diyakini single digit. Faktor suku bunga ini sangat penting,” tutur Doni yang diamini Osman.
Analis komoditas Abdul Mufti menyebut, jika tahun ini permintaan batubara anjlok, itu dikarenakan permintaan dari China yang merosot akibat perekonomian Negeri Tirai Bambu itu lesu. Namun, dia memperkirakan kondosi akan membaik pada tahun 2017.
Sebab, permintaan batubara akan meningkat karena dipicu oleh permintaandari dalam maupun dari luar negeri.
“Kalau dalam negeri, permintaan akan terangkat kalau sebagian pembangkit listrik dari program 35 ribu megawatt (MW) telah siap beroperasi. Setengah dari pembangkit dalam program itu menggunakan coal (batubara),” ujarnya kepada Otoniaga, Rabu (26/10).
Adapun permintaan dari luar negeri diperkirakan akan datang dari India dan Vietnam. Indonesia bakal kecipratan lonjakan permintaan, karena selama ini produksi batubara kokas dari China menurun. Sedangkan pembangunan pembangkit listrik baruoleh kedua negara itu siap operasi tahun 2017.
Mulai naiknya permintaan komoditas minyak sawit, Mufti meyakini bakal terjadi karena selain produksi yang kembali naik setelah kebakaran lahan dan musim el-nino berakhir, juga karena naiknya permintaan di pasar luar negeri. Walhasil, harga Tandan Buah Segar (TBS) pun naik.
Jika saat ini berada di kisaran 1.000, diperkirakan bakal naik menjadi Rp 1.200 – 1.500 pada tahun depan. “Tahun lalu harga TBS masih Rp 500-600. Harga di pasar dunia juga akan membaik, meskipun saat ini masih volatilitasnya tinggi. Industri makan, kosmetik, dan farmasi di sejumlah negara Eropa banyak membutuhkan. Begitu juga di Asia seperti China. Sedangkan produksi dari Malaysia, masih belum bisa menutupi kebutuhan permintaan dunia,” ucapnya. (Ara)