Jakarta – Ikatan Alumni (IA) – Institut Teknologi Bandung (ITB) akan menggelar pertemuan Indonesianisme Summit pada 10 Desember nanti, dengan harapan bisa mewujudkan harapan Indonesia sebagai bangsa pemenang di sektor industri. Kalangan usaha angkutan dan logistik menyambut baik langkah itu.
“Sebagai orang yang menjalani usaha di bidang industri jasa angkutan dan logistik, tentu saja berharap agar dalam pertemuan itu juga dibahas hal-hal yang terkait dengan non teknis industri, namun sangat menentukan atau menjadi bagian terpenting dari praktik pelaksanaan industri. Contohnya adalah kebijakan atau regulasi yang harus bersifat komprehensif dan menunjang daya saing industri di dalam negeri,” papar Rustam Ambya, salah seorang pelaku usaha industri logistik saat dihubungi di Jakarta, Kamis (17/11).
Dia menyebut, kebijakan deregulasi sebagai salah satu contoh. Menurutnya, deregulasi sebenarnya sudah dilakukan sejak beberapa tahun lalu dari masa pemerintahan yang berbeda-beda, baik pada masa orde baru hingga orde reformasi.
Namun, lanjutnya, di saat yang bersamaan, banyak bermunculan regulasi-regulasi baru di daerah yang tidak jarang bertentangan dengan peraturan lebih tinggi yang diterbitkan pemerintah pusat. Dengan dalih dan dasar undang-undang otonomi daerah, banyak pemerintah daerah yang membuat kebijakan.
“Meski pada akhirnya banyak peraturan itu yang dibatalkan, direvisi, dan sebagainya, tetapi itu tentu kontra produktif. Jadi, dalam pertemuan Indonesianisme summit itu nantinya, juga sebaiknya dibahas pula hal-hal seperti ini,” kata dia.
Pernyataan serupa diungkapkan anggota Kamar Dagang dan Industri, Irmawan Tirtodidjaja. Ia menyebut, juga perlu dilibatkan kementerian dan lembaga pemerintah non kementerian untuk merumuskan strategi untuk mewujudkan bangsa yang menang di industri.
“Sebab, banyak masih banyak ego sektoral. Misalnya, soal infrastruktur jalan. Bagaimana kebijakan kementerian pekerjaan umum, bagaimana kementerian perhubungan, dan bagaimana kementerian dalam negeri, dan lain-lain. Nah kalau kebijakannya komprehensif, maka pelaku usaha atau teknopreneur juga enak menjalankan bisnis. Bagaimana pun yang dimaksud industri bukan melulu bicara soal teknologi ini..itu,” ungkapnya.
Sebelumnya, dalam siaran pers, Ketua Umum pengurus pusat IA-ITB Ridwan Djamaluddin, mengatakan melalui pertemuan Indonesianisme Summit itu, IA-ITB bertekad akan mendorong pemerintah dan swasta untuk menjadi bangsa pemenang dalam sektor industri. Khususnya, kata dia, dalam bidang energi, infrastruktur dan transportasi yang mendukung industri berbasis budaya, Industri kreatif, serta industri digital.
Menurutnya, fokus utama pada pertemuan Indonesianisme Summit adalah menghasilkan masukan mengenai strategi industri inti yang sesuai dengan DNA Indonesia untuk disampaikan kepada pemerintah.
“Selain itu, pertemuan ini juga sebagai ajang pembentukan jejaring industri, manufaktur dan infrastruktur antara pemerintah, BUMN, korporasi swasta serta teknopreneur,” kata dia.
Sekjen IA-ITB Gembong Primadjaya mengatakan bahwa Indonesianisme memiliki definisi cinta Indonesia. Dalam bidang industri, semangat Indonesianisme berarti mendorong semua pihak yang berkontribusi dalam penguatan industri Indonesia baik dari sisi penguasaan teknologi, produksi sampai ekspor.
Gembong Primadjaya menambahkan bahwa “Indonesianisme Summit” merupakan event terbuka. “Kami mengundang partisipasi dari Perhimpunan Ikatan Alumni Perguruan Tinggi Negeri (Himpuni) serta Akmil-AAU-AAL-Akpol pada pertemuan ini,” ujarnya. (Ara/Ktb)