Pakar : Teknologi Truk Tanpa Sopir Sebaiknya Mengadopsi Perilaku Hewan

Truk Tanpa Supir - Volvo Trucks

Gothenburg – Para peneliti Chalmers University of Technology di Gothenburg, Swedia menegaskan sebaiknya kendaraan otonom atau kendaraan yang bisa melaju tanpa campur tangan sopir – baik mobil maupun truk – harus memiliki kepekaan layaknya binatang ketimbang mesin. Dengan kemampuan seperti itu maka kendaraan akan lebih mudah beradaptasi dengan situasi yang tak terduga dalam perjalanan.

“Sistem biologis (hewan) merupakan sistem (teknologi) otonom terbaik yang kami tahu,” tutur Ola Benderius, peneliti utama pada tim kendaraan otonom di universitas tersebut.

Sistem biologis akan menyerap informasi dari lingkungan melalui indera. Dengan sistem itu pula, maka binatang bisa langsung bereaksi dengan cepat dan aman. “Contohnya seperti Kijang dan kawannya yang tengah berjalan, atau Elang yang menyambar mangsanya di atas tanah,” ujarnya.

Selama ini para peneliti dan pakar yang berusaha menciptakan teknologi otonom – yakni teknologi yang memungkinkan kendaraan melaju tanpa keterlibatan sopir – selalu memepelajri sikap dan perilaku manusia yakni para pengguna atau sopir kendaraan. Serangkaian perilaku itu kemudian diinput dalam data yang diolah dalam sistem komputer untuk menjadi sikap dasar dari kendaraan – termasuk truk – otonom saat menghadapi situasi yang tengah terjadi.

Akibatnya, reaksi kendaraan terhadap situasi atau keadaan yang tak terduga tidak secepat yang diharapkan. Bahkan, di saat serangkaian sensor dari radar serta kamera menangkap keadaan tersebut. Lantaran alasan itulah, maka para peneliti di Chalmers University of Technology membuat rekomendasi perlunya mengadposi perilaku hewan sebagai dasar teknologi kendaraan otonom.

Rekomendasi itu diberikan setelah para peneliti di perguruan kondang itu melakukan percobaan dengan menggunakan Volvo FH16 truk heavy-duty. Serangkaian sistem di teknologi otonom yang dipasang truk itu mengadposi perilaku dan insting hewan

“Kami mencoba untuk merancang sebuah sistem yang menyesuaikan dengan apa pun yang terjadi, tanpa menunjuk ke situasi tertentu,” kata Benderius. “Ini adalah sesuatu yang penting. Sebab, binatang yang paling sederhana pun biasanya (rekasi dan inderanya) bisa lebih baik. Ini bisa sebagai solusi dari teknologi kendaraan (otonom) yang ada (saat ini),”

Memang, masalah potensi kecelakaan tidaklah bisa dimungkiri masih saja bisa terjadi. Masalah itulah yang kini menjadi tantangan para pakar. Mengkompilasi berbagai informasi dari sensor dan kamera yang terus disempurnakan untuk menghasilkan reaksi atau respon terbaik terhadap keadaan yang ada kini terus dilakukan.

Dan yang pasti, penggabungan antara sistem inderea binatang dengan kebiasaan atau perilaku manusia sebagai dasar teknologi otonom di truk atau kendaraan jauh lebih baik ketimbang hanya didasarkan pada kebiasaan manusia. Teknologi ini sangat penting mengingat keberadaan truk berteknologi otonom kini sangat dibutuhkan karena pertimbangan efisiensi.

“Kendaraan (truk) otonom diperlukan untuk meningkatkan perannya dalam pergerakan barang,” kata Jonny Morris, juru bicara Platoon Technology, Mountain View, California, sebuah perusahaan yang merancang teknologi dan software teknologi otonom bagi truk-truk yang berjalan dalam rombongan. (Ara)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *