Pretoria – Pemerintah Afrika Selatan memperluas kebijakan pemberian insentif fiskal untuk industri otomotif ke segmen kendaraan komersial. Langkah itu ditempuh untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi.
Selama ini, industri otomotif menjadi andalan sektor manufaktur negeri itu. Hanya, sejak tiga tahun lalu, kinerjanya tak mencorong lagi. Pada tahun 2014 misalnya, kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto tinggal 7,2 persen, dan bahkan tahun berikutnya 7 persen.
Padahal, seperti dikatakan Menteri Perdagangan dan Industri Rob Davies seperti dikutip Reuters, Senin (9/5) sektor ini telah menciptakan 30.000 pekerjaan bagi masyarakat. Fakta inilah yang menjadi pertimbangan pemerintah negeri bekas jajahan Belanda dan Inggris itu bertekad mengembalikan kejayaan sektor industry otomotif.
Caranya dengan memperluas insentif berupa potongan pajak. Jika pada tahun-tahun sebelumnya hanya untuk segmen kendaraan penumpang, mulai tahun 2020 mendatang insentif itu akan diberikan ke segmen kendaraan komersial baik kategori ringan, sedang, hingga berat.
Dengan kebijakan itu, pemerintah berharap ekspor ke negara-negara tetangga di kawasan Afrika bisa digenjot. Maklum, industri otomotif di benua itu masih belum sesemarak dibanding dengan industry sejenis di kawasan lain.
Sejumlah negara tetangga Afrika Selatan seperti Namibia, Bostwana, Zimbabwe di Utara, Mozambik dan Swaziland di Timur Laut, serta Lesotho tengah berlomba membangun ekonomi mereka. Negara-negara itu sangat membutuhkan kendaraan komersial bagi masyarakatnya yang berusaha mengembangkan ekonominya.
Sementara, industri otomotif Afrika Selatan merupakan yang terbesar di kawasan itu. “Dengan kebijakan ini diharapkan bisa dimanfaatkan oleh pabrikan yang selama ini telah berproduksi di Afrika Selatan, dan jumlah produksi diharapkan mencapai 1,2 juta unit pada tahun 2020 nanti,” tutur Nico Vermeulen, Asosiasi Industri Kendaraan Bermotor Nasional (NAAM) Afrika Selatan.
Sejumlah pabrikan yang beroperasi di negeri ini – terutama Toyota dan Volkswagen – telah menikmati fasilitas insentif potongan pajak. Pabrikan lain yang juga berhasrat untuk memacu produksinya adalah, General Motors, Ford Motor Company, dan BMW.
Sejak tahun 2013, industri otomotif yang merupakan sektor manufaktur terbesar di Afrika Selatan dibelit masalah sulit. Penjualan produk mereka terus melorot hingga awal tahun ini.
Sepanjang tahun 2014 misalnya, penjualan kendaraan bermotor susut 0,7 persen. Bahkan tahun berikutnya merosot lagi sebesar 4,1 persen.
Lemotnya penjualan dikarenakan lesunya perekonomian plus tingkat suku bunga krredit yang kian melejit. Tahun ini, bank sentral negeri itu memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi menjadi 0,9 persen dari 1,5 persen.
Bahkan sejumlah lembaga keuangan dunia memperkirakan tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih rendah. Dana Moneter Internasional alias IMF misalnya, hanya mematok 0,7 persen dan Bank Dunia memperkirakan tak lebih dari 0,8 persen. (Ara)