Ini Peta Persaingan Bisnis Oli yang Tak Pernah Mati

Booth Oli Pertamina Enduro-bumn.go.id

Jakarta – Bisnis oli atau minyak pelumas di Indonesia terus berkembang karena pasar otomotif yang terus bertumbuh – mulai dari sepeda motor hingga kapal laut – dan sektor manufaktur yang mesinnya terus menderu. Tak pelak pemain asing pun terus berdatangan dan peta persaingan pun terus berubah.

Data Kementerian Perindustrian maupun sejumlah lembaga riset di Tanah Air memperkirakan tak kurang dari 200 merek atau nama produk oli untuk berbagai penggunaan, bertebaran di Tanah Air. Oli-oli itu diproduksi oleh 20 pabrik milik produsen baik lokal maupun dari mancanegara.

Read More

Konsumsi konsumen rata-rata mencapai 1,8 juta kiloliter saban tahunnya. Sedangkan produksi dalam negeri hanya 850.000 kiloliter per tahun. Sehingga, sisanya dipenuhi dari impor.

Meski begitu, tak sedikit pula oli produksi Indonesia yang diekspor. Data Kementerian ini menunjukan, sepanjang tahun 2014 nilai ekspor oli mencapai US$ 86,5 juta, sedangkan impornya mencapai US$ 354,7 juta. Tahun berikutnya, ekspor US$ 87 juta dan impor US$ 355 juta.

Sementara, dilihat dari pengusaan pasar, kini Pertamina diperkirakan hanya menguasai 50 – 54% dari total pangsa pasar. Padahal, pada tahun 1997, perusahaan BUMN ini menggenggam 90% pangsa pasar karena saat itu penjualan pelumas diatur oleh Keputusan Presiden Nomor 18 tahun 1988.

Dominasi Pertamina mulai surut saat pemerintah mencabut Keppres itu dengan Keppres Nomor 21 tahun 2001 yang sekaligus membuka kesempatan bagi produsen lain untuk menggarap pasar pelumas di Indonesia. Namun, Pertamina kini terus melakukan pengembangan produk dan memperluas penetrasi pasar tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri.

Begitu pun dengan produsen-produsen lain. Fakta menunjukan, pada November 2015 lalu misalnya, Shell mengoperasikan pabrik barunya yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat. Pabrik anyar ini berkapasitas 136.000 kiloliter per tahun.

Pertamina Lubricants tak mau kalah. Pada Desember tahun itu, perusahaan pelat merah ini menaikan kapasitas produksi dengan mengoperasikan Lube Oil Blending Plant (LOBP) unit Jakarta. Sehingga kapasitas produksinya mencapai 270.000 kiloliter per tahun.

Sementara, Phillips 66 – yang merupakan anak perusahaan Phillips Conoco Amerika Serikat – melalui PT Kendall Andalan Sempurna, pada Maret lalu telah resmi masuk ke pasar Indonesia dengan menawarkan oli mesin bagi kendaraan bermesin bensin maupun diesel. Pabrikan ini selama ini telah menyasar 50 negara dengan empat merek oli buatannya yakni Phillips 66, Conoco, 76, dan Kendall.

Kehadirannya menambah panjang daftar pemain bisnis oli di Indonesia yang saat ini ada PT Pertamina Lubricant, PT Jumbo Power International, PT Wiraswasta Gemilang Indonesia (WGI), PT Nusaraya Putramandiri, PT ALP Petro Industry, PT Castrol Indonesia, PT Pacific Lubritama Indonesia, PT Tri Hasta Perkasa, PT Dirga Buana Sarana, PT FuchIndonesia, dan beberapa lainnya. Sedangkan dalam daftar importir terdapat nama Millenium, BFT, Top 1, Caltex, BP, United Oil, Capiro, dan lainnya.

Jika perusahaan gencar merangsek pasar Indonesia, bisa dimaklumi karena potensi pertumbuhan pasar masih sangat besar. Saat ini saja, dengan asumsi pertumbuhan per tahun 10 – 15%, maka rata-rata nilai pasar minyak pelumas ini mencapai Rp 9 triliun, dengan pengfuasa Pertamina (54%), Shell 20%, Idemitsu dan Top 1 masing-masing 6%, dan lain-lain. (Jna)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment