Bus Tua Ini Diubah Jadi Bar Berjalan Idaman Penggila Pesta

Peter Sonneveld bersama bus double decker Routemaster-MetroUK

London – Seorang pria asal Sussex, Inggris mengubah bus lawas buatan 1960-an menjadi sebuah bus pesta. Bus tingkat yang menjadi ikon kota London, Routemaster, itu telah menjadi bar berjalan yang digemari para penggila pesta tersebut.

Sejumlah media lokal Inggris melaporkan, adalah Peter Sonneveld, yang memiliki ide cemerlang tersebut. Pada tahun 2005 lalu, pria 34 tahun itu membeli bus tua Routemaster dengan harga 18.000 poundsterling atau sekitar Rp 311,2 juta.

Read More

Untuk mengubah bagian dalam menjadi sebuahbar plus bagian tempat masak dan meracik minuman, Peter membutuhkan waktu 20 bulan. Pada lantai bawah disulap menjadi ruang untuk meracik minuman, sedangkan lantai dua bus menjadi lounge dengan deretan sofa yang ditata sedemikian rupa.

Interior lantai atas bus double decker yang diubah jadi lounge bar.MetroUK
Interior lantai atas bus double decker yang diubah jadi lounge bar.MetroUK

“Butuh waktu lama untuk menyelesaikan daripada yang saya pikirkan. Kesulitan timbul saat saya melukis menggunakan roller gloss karena butuh berbagai jenis roller. Saya kemudian menyadari bahwa harus mengulang itu,” ucapnya.

Total jenderal, dia merogoh kocek hingga 60.000 poundsterling atau sekitar Rp 1,04 miliar untuk menyelesaikan proyek tersebut hingga benar-benar rapi. Setelah rampung dan busnya nampang di kota, banyak orang yang terinspirasi dan berusaha untuk membuatnya.

Namun, tak seperti saat awal Peter membeli dulu (tahun 2005), kini harga bus tua telah melambung menjadi 50.000 poundsterling atau sekitar Rp864,5 juta. Maklum, jumlah bus lawas sudah tandas sehingga tak mudah didapatkan di pasaran.

Lantai bawah bus diajdikan tempat meracik minuman, pemesanan, dan tempat kasir-MetroUK
Lantai bawah bus diajdikan tempat meracik minuman, pemesanan, dan tempat kasir-MetroUK

Karena keunikan dan kekhasannya, bar berjalan dari bus tua milik Peter banyak dilirik para penggila pesta. Mereka umumnya memesan secara berkelompok untuk berpesta, meski tak sedikit yang bertandang secara perorangan di saat jadwal pemesan sepi.

“Tapi yang pasti tak pernah sepi dari pesanan atau pengunjung,” kata Peter.

Hanya memang, Peter ternyata bukan sebagai kasir atau pelayan di bus itu. Dia hanya sebagai sopir, maklum tinggi badannya yang mencapai 197 centimeter tak memungkinkan masuk ke dalam ruang meracik minuman dan ruang lounge.
Urusan meracik makanan, kasir, dan pelayan ia serahkan ke orang lain. Bagi Peter itu tak jadi soal, toh bisnis harus berjalan.

Satu lagi yang membuatnya lega, dia tak perlu SIM khusus untuk mengemudi bus itu. Soalnya, bus telah berusia 30 tahun lebih sehingga bebas dari persyaratan izin mengemudi. (Ara/berbagai sumber)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *