Ini Harapan Pengusaha Angkutan ke Menhub Baru

Budi Karya Sumadi - Dephub.go.id

Jakarta – Direktur Utama Angkasa Pura II, Budi Karya Sumadi, dipilih Presiden Joko Widodo menggantikan Ignasius Jonan sebagai Menteri Perhubungan (Menhub) melalui reshuffle kabinet. Sejumlah harapan disampaikankalangan pengusaha angkutan bus dan truk di Tanah Air.

“Harapan kami tentunya Menhub menjadi pembina seluruh moda transportasi Indonesia yang adil, obyektif, dan tidak pilih kasih. Dia bisa memperbaiki masalah dari akar rumput permasalahan, bukan dari dahan atas,” tutur Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan kepada Otoniaga, di Jakarta, Rabu (27/7) malam.

Read More

Sani – panggilan Kurnia Lesani – berharap Budi Karya bisa duduk bersama dengan para pemnagku kepentingan usaha transportasi. “Beliau juga harus benar-benar memahami Undang-undang nomor 22 tahun 2009 (tentang lalu-lintas angkutan jalan raya) sebagai acuan dalam membuat kebijakan yang terkait dengan moda transportasi darat,” paparnya.

Pernyataan serupa diungkapkan Zakky Alfarabi, pengusaha angkutan truk bertrayek Banyuwangi, Jawa Timur – Jakarta. Menurutnya, angkutan jalan raya bukan sekadar sarana untuk memindahkan orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain, tetapi juga menjadi bagian dari sejumlah faktor penggerak perekonomian.

Sementara, lanjut dia, moda transportasi darat kerap menghadapi persoalan yang penyelesaiannya di luar kemampuan dan kewenangan mereka. “Kami menyadari bahwa di jalan itu milik umum, semua pengguna jalan berhak dan dijamin undang-undang untuk menggunakan jalan sebagai sarana mobilitas mereka. Tetapi kalau manajemen lalu-lintas kacau, jalanan rusak, kemacetan, kan itu pengaturannya ada di domain pemerintah. Di situlah yang kami minta untuk dibenahi lagi. Begitu pun dengan berbagai penyebab ekonomi biaya tinggi di bisnis angkutan, seperti pungutan yang tidak perlu,” paparnya saat dihubungi.

Seperti halnya Sani, Zakky juga berharap Menhub baru juga menjembatani aspirasi kalangan pengusaha angkutan truk dan bus ke pemerintah maupun otoritas moneter – baik Bank Indonesia maupun Otoritas Jasa Keuangan – agar memangkas suku bunga kredit pembelian truk dan bus. “Fasilitas kredit dengan bunga murah untuk angkutan umum agar bisa merevitalisasi unit yang ‘dianggap’ sudah tidak layak dengan lebih cepat,” kata Sani.

Dengan bergantinya armada yang dianggap tak layak jalan tersebut, maka keinginan pemerintah dan masyarakat selaku pengguna angkutan untuk revitalisasi angkutan juga bisa segera terwujud.

“Dan satu hal lagi, PSO (public service obligation dalam wujud subsidi) kepada bus ekonomi Antra Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), segera direalisasi sehingga terwujud angkutan bus yang lebih nyaman, aman, dengan tariff terjangkau,” ungkapnya.

Budi Karya Sumadi adalah arsitek lulusan Universitas Gajah Mada tahun 1981. Hingga dilantik sebagai menteri oleh Presiden Jokowi kemarin, dia masih menjabat sebagai Direktur Utama PT Angkasa Pura II.

Sejak lulus dari bangku kuliah, yakni tahun 1982 – 2004 dia bekerja di PT Pembangunan Jaya dengan posisi tertinggi sebagai Direktur Utama PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk dan sukses dalam proyek pengembangan Ancol.

Pria kelahiran Palembang, Sumatera Selatan, 18 Desember 1956 itu juga berkiprah di perusahaan lain yang bergerak di bidang property. Tercatat, dia pernah menjadi Direktur Utama PT Jakarta Propertindo tahun 2004-2013.

Sejumlah proyek berhasil dia selesaikan dengan hasil yang cukup bagus. Sebut sebagai contoh, revitalisasi taman kota Waduk Pluit dan Waduk Ria-Rio, hingga rusunawa di Marunda.

Sementara, selama menjabat Direktur Utama PT Angkasa Pura II, dia disebut-sebut sempat tak sejalan dengan bosnya, Menhub Jonan. Budi dikabarkan menolak dengan tegas permintaan Jonan untuk melengserkan General Manager Bandara Soekarno-Hatta.

Kabar itu berhembus menyusul insiden kesalahan ground handling yang dilakukan Lion Air pada 10 Mei lalu. Tak hanya di situ, Budi disebut juga tak menggubris Jonan yang menentang idenya untuk mengaktifkan Bandara Ultimate Soekarno-Hatta yang dinilai Jonan infrastrukturnya belum siap dan belum ada menara pengawas. (Ara/Ktbr)

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *