Jakarta – Terhitung sejak pukul 00.00 WIB, Senin (1/8) kemarin PT Pertamina (Persero) memangkas harga jual bahan bakar solar jenis Dexlite Rp 300 per liter sehingga menjadi Rp 6.450 per liter. Namun sejumlah pengemudi truk dan bus mengaku tak hirau dengan penurunan harga tersebut.
“Ya, mungkin bagi kendaraan pribadi atau angkutan jasa travel yang pakai mobil dari Eropa kelas mewah penurunan harga itu berpengaruh. Tapi kalau kita-kita sih enggak ada efeknya, orang kita pakai solar biasa (solar Cetane 48),” tutur Rusdi, sopir truk asal Kendal, Jawa Tengah saat ditemui Otoniaga di Pasar Tanah Tinggi, Tangerang, Selasa (2/8).
Pernyataan serupa dilontarkan Wasis, sopir bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) trayek Jakarta – Puworejo, Jawa Tengah. Dia menyebut sejak Dexlite diperkenalkan pada April lalu, dia dan kawan-kawan masih tetap menggunakan solar biasa.
“Lha sekarang buat apa pakai Dexlite kalau solar biasa bisa (untuk bus). Lagian, kalau di SPBU-nya enggak ada , apa ya kita mau susah-susah cari. Tapi yang jelas, kita dari kantor PO-NYa (Perusahaan Otobus) memang dijatah pakai solar biasa,” kata dia.
Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), Kurnia Lesani Adnan kepada Otoniaga beberapa waktu lalu mengakui sebagian besar atau bahkan hampir semua bus yang beroperasi di Tanah Air masih menggunakan solar biasa. Meski telah ada Dexlite yang dibanderol 6.750 per liter.
Bahkan, lanjut Kurnia, mesin bus yang bersangkutan telah berstandar Euro3. Hal itu dilakukan karena pabrikan bus sudah melakukan penyesuaian dengan kondisi bahan bakar di Indonesia yakni solar dengan Cetane 48.
“Meskipun kami harus lebih sering mengganti filter bahan bakar, bahkan memasang filter separator. Kalau ditanya mengapa tidak pakai Dexlite? Pertanyaan dari kami, apakah Dexlite sudah tersedia di semua SPBU yang ada di Tanah Air?, apakah kualitasnya lebih bagus dari biosolar?,” paparnya.
Dengan pertimbangan berbagai hal itu dan membandingkan antara harga solar biasa dengan Dexlite, maka para pengusaha pemilik PO lebih memilih solar biasa. Terlebih, kata dia, dalam bisnis jasa angkutan bus kerap menghadapi ekonomi biaya tinggi karena adanya ongkos operasional yang tak terduga sehingga berpotensi mengggerus margin keuntungan.
“Jadi, dengan mengganti filter lebih sering ternyata masih lebih menguntungkan (ketimbang mengkonsumsi Dexlite),” ujarnya.
Sebelumnya, dalam keterangan resmi, Vice President Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro mengatakan Pertamina menurunkan Dexlite sebesar Rp 300 per liter. Sehingga, kata dia, bahan bakar yang diluncurkan sejak April dan telah dijual di 289 SPBU itu, kini banderolnya Rp 6.450 per liter dari semula Rp 6.750 per liter.
“Kami sangat bangga dengan penerimaan konsumen terhadap produk-produk baru Pertamina, seperti Pertalite dan Dexlite yang langsung dapat merebut perhatian konsumen sehingga pangsa pasarnya tumbuh signifikan dalam waktu relatif singkat. Realitas ini mendorong Pertamina untuk terus melakukan inovasi-inovasi produk dan pemasaran sehingga dapat memenuhi keinginan konsumen,” paparnya. (Ara/Ktbr)