Jakarta – Perusahaan Otobus (PO) Malino Putra menyatakan undur diri dari operasional di jalur Jakarta – Malang dengan alasan tingginya biaya operasional. Namun, di saat yang hampir bersamaan, PO Gunung Harta datang ke trayek itu dengan sejumlah alasan yang bernada optimis.
Seperti diketahui, dalam fanpage facebook perusahaan, PO Malino Putra menyatakan, dengan berat hati memutuskan untuk menutup Trayek Jakarta-Surabaya-Malang-Jakarta per 1 September 2016. Kendati tak disebutkan secara rinci, namun alasan utama untuk undur diri itu adalah biaya operasional yang tinggi.
Lantas, apakah jalur Jakarta – Malang terbilang rendah potensi? Mengapa PO Gunung Harta menggarap trayek ini? “Malang dan Batu (salah satu kota di wilayah Malang) adalah destinasi wisata utama di Indonesia. Disamping itu, kota ini juga merupakan kota pelajar (dengan lebih dari 100 perguruan tinggi),” tutur pemilik PO Gunung Harta, I Gede Yoyok Santoso kepada Otoniaga, Selasa (6/9).
Dia mengaku optimistis armadanya akan mampu bersaing dan mendapatkan sambutan positif dari para pengguna bus. Ketepatan waktu, kenyamanan bagi penumpang, kebersihan armada, jaringan kantor perwakilan Gunung Harta, serta keunggulan armada menjadi bagian daya saing yang diandalkan.
“Ada tiga armada yang disiapkan setiap hari, menggunakan Scania K360ib Opticruise dan Mercedes-Benz 0500R 1836 yang bersuspensi air suspension (lebih nyaman),” kata dia.
Masih tingginya potensi di trayek Jakarta – Malang juga diakui Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), Kurnia Lesani Adnan. Dia menyebut Malang adalah salah satu trayek yang masih menjanjikan.
“Malang itu punya daerah-daerah kecil yang menjanjikan dan tidak terjangkau oleh pesawat maupun kereta. Kota ini juga menjadi pusat pendidikan, dan wisata,” ucapnya.
Sementara, selain Malang, PO Gunung Harta juga telah menggarap trayek di wilayah lainnya di Jawa Timur menuju Jakarta dan sekitarnya. “Sudah lama kami melayani trayek Ponorogo – Jakarta setiap hari dengan lima unit armada. Tulung Agung – Blitar – Jakarta dengan sebuah armada setiap hari. Sedangkan Banyuwangi-Jember – Jakarta satu unit setiap hari,” terang Yoyok.
Sebelumnya, trayek Jakarta – Malang telah digarap oleh empat pemain. Mereka adalah, PO Lorena, PO Pahala Kencana, PO Kramat djati, dan PO Malino Putra. (Ara)