Sleeper Bus Melenggang di Jalan, Regulasi Dipertanyakan

Sleeper Bus PO Brilian - Facebook Jepret Bis Indonesia

Jakarta – Pekan pertama Juli lalu, layanan baru angkutan bus di Indonesia yakni sleeper bus diluncurkan oleh PT Brilian Multi Trans melalui PO Brilian. Setelah bus melenggang di jalanan, pertanyaan seputar regulasi dilontarkan sejumlah kalangan.

Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), Kurnia Lesani Adnan misalnya, mempertanyakan soal aturan perizinan yang digunakan. “Jujur kami sangat mengapresiasi inovasi ide dari teman-teman yang menghadirkan layanan baru sleeper bus ini. Namun, ketika bicara soal aturan atau regulasi, hal itu menjadi pertanyaan. Aturan apa yang digunakan? Apakah ada perubahan atau masih seperti dulu?. Jika belum (tidak berubah), ya tegakan aturan itu, law enforcement harus dilakukan demi keadilan dan kesamaan,” tuturnya melalui pesan singkat, Rabu (7/9).

Read More

Salah satu bagian dari aturan yang menjadi perhatian para pelaku usaha angkutan bus, lanjutnya, adalah, soal izin penggunaan tempat tidur di angkutan umum. Pasalnya, kata Sani – panggilan akrab Kurnia – dalam kir diterangkan kapasitas kursi atau bangku.

Interior Sleeper Bus - Facebook PO Brilian
Interior Sleeper Bus – Facebook PO Brilian

“Bukan tempat tidur. Karena setahu saya, yang diatur itu kursi atau bangku bukan tempat tidur. Jika tempat tidur, itu bersifat private seperti caravan. Dan itu perlu izin khusus. Nah, apakah aturan sudah berubah? Kalau iya kapan? Tentu harus disosialisasikan. Kalau belum tegakan aturan,” papar Sani.

Dia mengatakan penegakan aturan itu disuarakan bukan atas dasar kecemburuan, tetapi sebagai upaya untuk membuat aturan main yang adil dan transparan. Sebab, kata dia, dunia bisnis angkutan bus Indonesia memang harus dibangun dengan ide-ide kreatif dan cerdas.

“Tapi, yang patut diingat, bagaimana pun aturan haruslah menjadi patokan. Ibaratnya, kita boleh dandan apa saja untuk bergaya, tapi norma dan aturan tetap harus jadi pijakan,” jelas dia.

Pernyataan senada diungkapkan penasehat komunitas penggemar bus, BisMania Community, Harsono.Dia menyebut menyikapi hadirnya sleeper bus harus dengan hati-hati dan pikiran jernih.

Sebab, bagaimana pun semuanya bertujuan untuk memberikan yang terbaik bagi konsumen atau masyarakat, serta kemajuan layanan angkutan bus di Tanah Air. Hanya, dalam kacamata bisnis, tentu persoalan aturan main harus diperhatikan. Hal itu untuk memberikan aturan main dan rambu-rambu yang jelas dan tegas agar semua persaingan berjalan fair dan transparan.

Soal aturan itu, dia mencontohkan kesesuaian antara perlengkapan dan perlatan yang digunakan dengan aturan yang ada. Sebab sesuai dengan pendaftaran pertama kendaraan, lanjutnya, yang disebutkan adalah bus didesain untuk berapa seat atau kursi bukan tempat tidur atau kasur.

“Jadi kalau pembaharuan, ya mesti seat-nya tolong dicek. Kemudian masalah izin trayek , mungkin mereka (sleeper bus) masih pakai (izin) KPS pariwisata. Tapi kenapa bisa nge-line (angkutan dalam trayek AKAP)?, nah ini saya tidak tahu,” ungkapnya.

Menurut Harsono, kondisi bus yang seperti itu mungkin tidak akan diketahui kalau bus yang bersangkutan tidak diperiksa saat dalam perjalanan. “Law enforcement masih mobat-mabit (belum benar tegak karena bisa condong ke sana kemari),” ucapnya.

Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Angkutan Jalan Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Ahmad Yani, dalam pesan singkatnya kepada Otoniaga mengaku tidak mengetahui ada izin membuat tempat tidur di angkutan umum.

“Setahu saya sih belum ada untuk angkutan umum (memasang tempat tidur). Coba tanya ke Pak Dewanto (Kasubdit Sarana Angkutan Jalan, Kemenhub), untuk lebih jelasnya di Direktorat Sarana terkait rancang bangunnya, ” kata dia.

Adapun, hingga berita ini diturunkan, Kabsubdit Sarana Angkutan Jalan, Dewanto belum menjawab pertanyaan yang dikirim Otoniaga melalui pesan singkat. Begitu pun saat ditelepon.

Sedangkan, Kepala Bagian Operasional PO Brilian, Rizki Burhan Prabowo, selaku operator sleeper bus pertama di Indonesia mengatakan, sebenarnya dua unit armada PO Brilian yang dioperasikan sejak 10 Juli lalu dalam masa uji coba konsep fasilitas bus yang nyaman untuk penumpang. Pada sisi lain, kata dia, pihaknya juga sudah memasukkan pengajuan izin trayek ke Kemenhub pada saat bulan puasa atau Juni lalu.

“Untuk trayek reguler. Sebelum Pak Jonan (Ignasius Jonan yang saat itu menjabat Menteri Perhubungan) diganti. Mungkin karena ada penggantian dan semua Dirjen juga diganti, maka sampai saat ini kami masih menunggu rekomendasinya turun,” papar Rizki melalui pesan singkatnya kepada Otoniaga.

Bed Sleeper Bus - Facebook PO Brilian
Bed Sleeper Bus – Facebook PO Brilian

Namun yang pasti, soal pemasangan bed atau tempat tidur untuk menggantikan kursi itu, Rizki mengaku telah berkomunikasi dengan pihak Kemenhub maupun karoseri. Rekomendasi ini diperlukan karena bagi bus dengan kasur harus lebih mengutamakan unsur keamanan.

Hanya, soal rekomendasi perizinan yang belum turun namun bus sudah beroperasi, dia tak menjawab dengan pasti. Rizki hanya menyebut bahwa pihaknya sedang mengajukan perizinan tersebut.

Sementara, hingga kini peraturan yang ada di pemerintah khususnya Kemenhub, belum mengatur tentang bus dengan tempat tidur. “Nah, kami coba komunikasi untuk mendapat rekomendasi agar bus dengan tempat tidur diperkenankan di Indonesia. Karena, sesuai dengan tujuan Kemenhub dimana bisa menyediakan moda angkutan yang menitik beratkan pada kenyamanan bagi konsumennya,” ungkpanya.

Rizki menyadari kehadiran busnya telah menimbulkan pro dan kontra.  ”Memang, saya mendapatkan info bahwa bus kami mendapat protes. Seharusnya (mereka yang memprotes) dapat berpikir positif,” imbuhnya.

Oleh karena itu, PO Brilian berniat untuk menghentikan sementara operasional sleeper bus miliknya. “Kami berencana untuk menghentikan dulu armada kami yang 2 unit ini. Jujur kami hanya membantu konsumen sampai hari raya ( Idul Adha) besok, karena mudik,” kata dia.

Sejatinya, sejak diluncurkan 10 Juli lalu, sambutan dari masyarakat terhadap sleeper bus ini cukup tinggi. Unit bus selalu kebanjiran konsumen. “Saat ini, faktanya, kami banyak menerima pesanan dari penumpang rombongan Jakarta – Purwokerto dan Wonosobo untuk tujuan wisata ke Dieng atau Baturaden. Jadi, modelnya mereka (penumpang) beli tiket. Itu sebagai langkah kami mengenalkan produk,” paparnya. (Ara).

Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

1 comment

  1. Setiap ada ide2 kreatif utk transportasi mesti selalu ada yg selalu mempertanyakan ini itu ini itu seperti masalahkemajuan teknologi transportasi online yg lalu…kapan kita akan menyaingi negeri tetangga yg sdh maju transportasi nya…