Jakarta – Meski terbilang baru di pasar angkutan bus pariwisata di Tanah Air, namun nama bus Pariwisata Larasati cepat dikenal oleh wisatawan lokal maupun asing yang bertandang ke negeri ini. Kehadiran bus itu berawal dari hobi pemiliknya yang doyan traveling.
Adalah Anton Budhi Christanto, pemilik dan pencetus ide untuk menghadirkan bus pariwisata tersebut. Dua tahun lalu, melalui PT Solusindo Anugerah Wisata, pria 48 tahun ini mengibarkan bendera layanan angkutan bus pariwisata Larasati.
“Potensi pariwisata kita itu besar. Dengan berbagai keunggulan yang dimiliki baik berupa alam, budaya, kuliner, dan berbagai kelebihan di sejumlah destinasi , merupakan potensi yang luar biasa. Nah, kalau potensi itu tidak diimbangi oleh layanan yang bagus, termasuk angkutan menuju ke destinasi wisata, maka potensi tinggalah potensi. Secara bisnis, potensi yang besar tidak boleh disia-siakan. Apalagi di era pasar bebas seperti sekarang,” papar Anton kepada Otoniaga, Jumat (16/9).
Melihat fakta itulah, pebisnis kelahiran Kulonprogo, Yogyakarta, itu bergerak cepat. Sejumlah angkutan wisata mulai dari Toyota HiAce, bus medium dan bus besar dengan label Larasati terus disodorkan ke pasar.
“Untuk bus mediumnya kami memakai chassis Isuzu NQR71BC dan Mitsubishi FE84BC. Sedangkan yang besar, kami memakai Mercedes-Benz 1526. Dan sampai saat ini sudah ada 5 unit HiAce, 5 unit bus medium dan 2 unit bus besar,” ungkap penyuka perjalanan petualangan dengan mobil ini.
Hasilnya ternyata cukup tokcer. Tak hanya unit saja yang bertambah, tetapi juga order untuk mengangkut wisatawan yang terus mengalir. Bahkan, tak cuma ke wilayah di Jawa, tetapi juga ke luar Jawa seperti Bali dan Sumatera.
Meski telah menuai hasil yang lumayan cemerlang, Anton tak berpuas diri. Upaya untuk menancapkan nama Larasati di benak orang pun terus dilakukan.
Istilah kerennya membangun brand awereness yang kuat sehingga menempati posisi top of mind di masyarakat. Memang, tak harus bus yang disodorkan. Tetapi juga armada yang lian yakni Toyot HiAce.
Armada itu digunakan sebagai angkutan resmi gelaran Pekan Olah Raga Nasional (PON) di Bandung. Dengan menjadi angkutan resmi, maka nama Larasati juga akan dikenali.
“Kami saat ini tengah terus berusaha menggenjot brand awereness Larasati di masyarakat. Sedangkan untuk pemasaran masih kami lakukan sendiri. Tapi, kami trendnya naik,” kata Anton.
Seiring dengan tren yang positif itu, Anton berniat untuk menambah jumlah armada. Rencananya tahun depan, unit bus besar akan ditambah disesuaikan dengan volume pertumbuhan pasar. “Kemungkinan pakai chassis Scania atau Mercedes,” ucapnya.
Soal kunci keberhasilan Larasti, Anton menyebut pelayanan sebagai kunci. Layanan yang bersifat customize kepada pelanggan menjadikan perjalanan seolah turing sebuah keluarga besar. Para awak bus yang menemani wisatawan, mulai dari pengemudi dan asistensi, hingga pemandu wisata diberi pelatihan khusus dengan standar Larasati.
Melayani dengan empati menjadi pedoman bagi mereka. Walhasil, tujuan orang berwisata yakni bersenang-senang dengan kesan yang mendalam juga tercipta.
Berprinsip dan menjalankan strtaegi itulah, Larasati tak menganut faham bersaing dengan permainan tarif. Sebab, baginya, tujuan wisatawan adalah mendapatkan kesenangan. Jika mereka puas berapa pun tarif akan mereka bayar.
“Dan layanan kami, selalu kami upayakan untuk sepadan dengan tariff yang mereka bayarkan. Kami juga selalu menjaga performa kendaraan, kebersihan dan tampilan armada. Oleh karena itu, kami upayakan agar armada tak berumur lebih dari 10 tahun,” kata Anton.
Ihwal nama bus Larasati, pria ramah ini mengaku mengambil nama dari salah seorang putrinya. Larasati memiliki arti ‘Hati yang Selalu Damai’. Dengan nama itu pula, dia berharap tak hanya pihaknya saja yang selalu damai dalam menjalani bisnis tetapi juga para karyawan dan tentunya para wistawan pengguna bus ini. (Ara)