Jakarta – Kementerian Perhubungan memperkirakan jumlah pemudik tahun ini mencapai 26 juta orang dan 8,2 juta orang lebih menggunakan kendaraan pribadi baik mobil maupun motor. Jumlah pengguna kendaraan pribadi ini meningkat dibanding tahun sebelumnya.
“Tahun ini, jumlah pemudik pengguna sepeda motor naik 50 persen dibanding tahun 2015 yang lalu,” ungkap Direktur Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan, Pudji Hartanto di Jakarta, akhir pekan lalu.
Jumlah pemudik bersepeda motor diperkirakan mencapai 5.638.683 orang. Sedangkan jumlah pemudik dengan mobil pribadi naik 4,5 persen menjadi 2.478.069 orang.
Seiring bertambahnya jumlah pengguna kendaraan pribadi untuk mudik, penumpang angkutan umum khususnya moda transportasi jalan raya diperkirakan susut sebesar 7,87 persen. Padahal, pemerintah menyiapkan 46.478 unit bus untuk lebaran tahun ini, atau bertambah 1.607 bus dibanding tahun lalu.
Kenaikan jumlah penumpang diperkirakan juga terjadi di kereta api yang sebesar 4,6 persen dan pesawat terbang 7,6 persen. Lantas mengapa terjadi penurunan jumlah pengguna angkutan umum jalan raya?
Afif Herdiansyah, salah seorang pengurus Masyarakat Peduli Transportsi Indonesia mengatakan, ada sejumlah faktor yang menyebabkan orang lebih memilih kendaraan pribadi ketimbang bus saat mudik. Pertama, khususnya di jalur mudik di Jawa (dari Jabodetabek ke Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan dari Surabaya ke daerah sekitarnya, keberadaan jalan tol baru mulai dari Cipali Jawa Barat hingga Porong-Pandaan di Jawa Timur.
Jalan tol Cikopo – Palimanan atau Cipali yang sepanjang 116,7 kilometer (km) dinilai telah menjadi kemudahan baru untuk membawa kendaraan pribadi ke kampung halaman. Terlebih kemudahan juga disambung lagi dengan adanya jalan tol di Pejagan – Brebes hingga Pemalang sepanjang57,5 km.
Bahkan, bagi pemudik yang menuju ke Solo hingga Jawa Timur masih ada jalan tol Bawen – Salatiga sepanjang 17,57 km. Artinya, kini menempuh perjalanan jauh ke tujuan mudik hingga Jawa Timur jauh lebih mudah.
“Dan yang patut diingat, mudik dengan menggunakan mobil atau motor merupakan kebanggaan tersendiri bagi sebagian orang. Terlebih, kendaraan bisa digunakan untuk keperluan mobilitas selama bersilaturahmi di kampung halaman,” papar Afif.
Pernyataan Afif diamini pengamat sosial yang juga Financial Planner independen, Imelda Anggraini. Menurutnya, proses pemesanan tiket yang seolah ‘menjepit’ calon pengguna serta perencanaan keuangan atau anggaran yang ketat juga menjadi faktor penyebab orang memilih kendaraan pribadi.
Kini, lanjutnya, proses pemesanan tiket – baik bus, kereta, dan tiket – secara online sejak jauh-jauh hari dibuka. Kabar tentang telah habisnya harga tiket terus menerus terdengar. Sementara, masyarakat juga disibukan dengan berbagai urusan masing-masing.
Walhasil, tidak sedikit masyarakat yang enggan untuk berburu tiket – terutama bus dan kereta api – karena merasa sudah terlambat. Terlebih, kalau pun tiket kendaraan umum masih tersedia, harganya sudah melambung tinggi.
Padahal, di saat ekonomi yang masih susah dengan harga barang kebutuhan rumah tangga yang naik orang perlu cermat memilih. “Sehingga, setelah dihitung sana-sini, dengan anggaran yang ada apakah itu dari gaji, kemudian THR (tunjangan hari raya) dan bonus mungkin, kok rasanya lebih pas naik kendaraan pribadi. Perencanaan seperti ini penting, apalagi saat kembali atau balik dari lebaran, anak-anak juga masuk sekolah, butuh biaya banyak lagi kan?,” paparnya.
Seperti halnya Afif, Imelda juga menyebut faktor keleluasaan juga menjadi alasan orang membawa kendaraannya saat mudik. Sebab di kampung halaman mereka juga ingin berkunjung ke tempat-tempat tertentu.
Artinya, jika mereka harus menyewa kendaraan untuk keperluan seperti itu, maka pengeluaran ekstra juga diperlukan. Tentu saja, di saat ekonomi susah seperti ini, hal-hal seperti itu sangat dipertimbangkan.
“Apalagi, kalau membawa kendaraan sendiri juga lebih fleksibel saat merencanakan pulang atau balik ke Jakarta atau tempat semula. Tidak tergantung jadwal yang dipatok oleh perusahaan penyedia angkutan. Jadi faktor kemudahan adanya jalan tol, kebutuhan di kampung halaman,ekonomi yang lagi berat dan flesibilitas menjadi pertimbangan,” ungkap Imelda.
Sehingga, bagi pemilik mobil lebih baik membawa mobilnya sendiri. Begitu pun bagi mereka yang memiliki sepeda motor.
Memang, sebagian dari pemudik yang berada di luar Jawa atau di wilayah Jawa namun tak ingin menggunakan kendaraan pribadi dan ada anggaran memilih pesawat atau kapal laut. Namun, jumlah yang beralih ke dua moda transportasi itu tak sebesar pengguna angkutan umum di jalan raya. (Yja/Ara)