Jakarta – Meski sektor bisnis – termasuk sektor UKM – yang menjadi penyerap produknya terkena imbas kondisi perekonomian yang masih lesu, namun permintaan motor roda tiga APP-KTM produksi PT Asean Motor International (AMI) masih mengalir. Kontrak dengan instansi pemerintah karena anggarannya yang telah cair menjadi penopang permintaan tersebut.
“Alhamdulillah, meskipun kondisinya seperti ini (ekonomi lesu) tapi permintaan produk kami masih terus menglair. Sebab untuk permintaan dari instansi pemerintah (terutama untuk sarana angkutan sampah, tangki air pertamanan, dan lainnya) itu kan kontrak hingga selama setahun dalam tahun anggaran tertentu. Sehingga kami tinggal distribusi saja ke pemesan,”papar Direktur Marketing PT AMI, Willy W. Yaputra kepada Otoniaga, di Jakarta, Kamis (2/6).
Namun, Willy menyebut untuk pasokan ke pemesan selama bulan Mei lalu mengalami penurunan sekitar 10 persen. Hal ini dikarenkan proses shifting di pabrik yang mengalami sedikit keterlambatan karena banyaknya pemesanan.
“Untuk model yang paling banyak dipesan APP-KTM Gajah 150 cc dan 200 cc. Tapi yang lainnya, Gajah 500 disesel juga lumayan,” ujarnya.
Dengan mengantongi kontrak dari instansi pemerintahan baik di pulau Jawa maupun di luar pulau ini, Willy mengaku optimistis penjualan tahun ini bakal tercapai. Sebelumnya dia mengatakan, tahun ini pihaknya mematok target peningkatan penjualan sebesar 50 persen, meski enggan menyebut volume penjualan tersebut.
Pengamat bisnis UMKM dari Astatama Berdikari, Yuli Agustono mengatakan permintaan motor kendaraan niaga memang berbeda dengan motor konvensional. Pasalnya, kendaraan ini bukan untuk konsumsi atau penopang kebutuhan sehari-hari melainkan sebagai barang modal.
Sementara di saat sektor riil skala besar masih lesu karena perekonomian yang belum bergerak cepat seperti sekarang, sektor UMKM masih menggeliat. “Bahkan meski tidak terekpose oleh public sektor UMKM terutama di subsector perdagangan masih terus menggeliat. Cona kita lihat banyak pedagang baru bermunculan dengan sistem mobile yang menggunakan angkutan kendaraan bermotor roda tiga ini. Ada pedagang mulai bakso, kue bika ambon, siomay, dan sebagainya yang menyasar perumahan-perumahan,” kata dia.
Menurutnya, saat ini masyarakat mulai terbuka pemikirannya untuk mencari peluang penghasilan. Dia menyebut banyak orang-orang juda kreatif yang mulai berpikir untuk menciptakan lapangan kerja baru dengan melakukan usaha. Bidang terbanyak yang banyak ditekuni adalah bidang kuliner dan jasa.
“Karena bidang kuliner ini tidak pernah berhenti berdenyut. Tinggal bagaimana mereka mengemas kreasinya menarik. Sekarang orang sudah pintar dengan memanfaatkan dunia maya atau dunia digital. Ada situs market place mereka manfaatkan, dan delivery-nya menggunakan kendaraan roda tiga,” kata dia.
Melihat fakta tersebut, Yuli mengaku tidak heran jika pabrikan penghasil motor niaga mengklaim produknya masih diminati masyarakat di tengah ekonomi yang masih muram. “Faktanya memang seperti itu. Apalagi kalau bicara pemerintah ya, karena belanja pemerintah juga rutin kan tiap tahun baik pengadaan baru atau penggantian,” kata dia.
Pernyataan ini diamini Willy. Dia menyebut segmen motor niaga memang berbeda dengan motor konvensional. “Pasar ini memang unik dan nieche market. Sebagai barang modal penunjang usaha, memang bisa meningkat di saat kondisi sulit karena pada saat seperti ini, orang banyak mencoba membuka usaha baru,” kata dia. (Ara)