Jakarta – Pabrikan ban dari berbagai negara kini telah menjadikan Indonesia sebagai salah satu basis produksi mereka, dan sebagian yang lain tengah mengincarnya. Berlimpahnya sumber bahan baku berupa karet alam dan potensi pasar ban atau otomotif yang besar menjadi salah satu alasannya.
Data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menunjukan saat ini tak kurang dari 14 produsen ban – baik merek lokal maupun dari mancanegara – yang memproduksi ban di Indonesia. Mereka memiliki kapasitas produksi 77 juta unit untuk ban mobil, truk dan bus, serta 64 juta unit untuk ban sepeda motor.
Dari jumlah produksi yang dihasilkan saban tahunnya sekitar 70 persennya diekspor dengan nilai ekspor rata-rata US$ 2 miliar atau sekitar Rp 26,6 triliun. Negara-negara tujuan ekspor antara lain Amerika Serikat, Jepang, Asia, Australia,dan Eropa.
Dengan jumlah produksi yang ada saat ini, industri ban nasional menyerap 44 persen atau sekitar 285 ribu ton produksi karet alam hasil produksi lokal. Lantas bagaimana dengan produksi karet di Indonesia yang merupakan bahan baku utama ban?.
Dari sisi luasan lahan, dalam satu dekade terakhir meningkat secara stabil. Pada tahun 2015 lalu misalnya, luas perkebunan karet di Tanah Air telah mencapai 3,65 juta hektar.
Adapun rata-rata produksi dalam kurun waktu yang sama mencapai 2,9 – 3 juta ton per tahun. Namun, dibandingkan dengan negara-negara penghasil karet yang lain, Indonesia tingkat produktivitas per hektar perkebunan karet di Indonesia terbilang lebih rendah.
Thailand yang merupakan negara penghasil karet alam nomor satu dunia memiliki produktivitas 1.800 kilogram (kg) karet per hektar per tahun (ha/tahun). Vietnam 1.720 kg/ha/tahun) dan Malaysia 1.510 kg/ha/tahun. Sedangkan Indonesia hanya 1.080 kg/ha/tahun.
Hampir 90 persen produksi karet Indonesia dihasilkan oleh dari petani atau perkebunan rakyat. Sisanya oleh perkebunan besar negara dan swasta. Lokasi produksi 70 persen berada di Sumatera.
Memang, karet alam bukanlah satu-satunya modal untuk memproduksi ban, karena masih dibutuhkan karet sintetis yang sebagian besar masih diimpor dan bahan lainnya seperti kawat baja. Namun, dengan memiliki karet alam sejatinya Indonesia mempunyai keunggulan komparatif dan kompetitif karena harga ban di dalam negeri lebih bersaing. (Jna/Berbagai sumber)
Data Produksi dan Ekspor Karet Alam Indonesia
2008 | 2009 | 2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | 2015 | 2016 | |
Produksi (juta ton) | 2,75 | 2,44 | 2,73 | 3,09 | 3,04 | 3,20 | 3,18 | 3,11 | 3,16 |
Ekspor (juta ton) | 2,30 | 1,99 | 2,20 | 2,55 | 2,80 | 2,70 | 2,60 | 2,30 |